KabarBaik.co – Debat publik pasangan calon (paslon) Pilkada Kota Batu mulai pertama hingga ketiga mendapat atensi positif dari masyarakat. Keberhasilan tersebut tentu tidak lepas dari peran beberapa pihak. Termasuk keberadaan dan peran juru bahasa isyarat (JBI) yang selalu ada di setiap penyelenggaraan debat.
Peran JBI secara visual sering terlihat di layar televisi yang menerjemahkan pernyataan paslon maupun pembawa acara saat bicara agar dimengerti penonton dan pemirsa disabilitas bisu atau tuna wicara. Juga dimengerti oleh disabilitas tuli atau tuna rungu.
“Saya menerjemahkan debat publik (Pilkada Kota Batu) sejak awal. Mulai saat pembukaan debat publik,” kata salah satu JBI bernama Faiz, Kamis (21/11). Pria asal Bekasi ini merupakan penyandang disabilitas bisu dan tuli.
Faiz menyatakan, sebagai penerjemah debat publik, dia tidak masuk dalam komunitas penyandang disabilitas bisu dan tuli. “Selama ini saya kuliah di Universitas Brawijaya Malang, tetapi saya tidak masuk dalam komunitas.
Di Malang memang ada beberapa komunitas disabilitas. Di antaranya Akar Tuli Malang, Tuli Mendongen, dan Gerkatin Tuli. Sebagai penerjemah di debat publik, Faiz berharap bisa lebih inklusif dengan akses visual, seperti teks pada video. “Jadi, lebih banyak masyarakat akan lebih sadar bahwa keadaan kita disabilitas,” ujarnya.
Berdasarkan beberapa sumber, inklusif adalah sikap terbuka untuk menerima dan berinteraksi dengan orang lain meskipun memiliki perbedaan. Inklusif juga berarti mengajak atau mengikutsertakan semua orang tanpa membeda-bedakan. (*)