Ponpes Aliyah Wali Mutamakkin Banyuwangi, Sederhana tapi Jadi Jujugan Gus Dur

oleh -80 Dilihat
IMG 20251023 WA0051
Gapura masuk ke kawasan Pondok Aliyah Aliyah Wali Mutamakkin.

KabarBaik.co – Di sebuah kawasan terpencil di Dusun Langring, Desa Jambesari, Banyuwangi berdiri sebuah Pondok Pesantren Aliyah Wali Mutamakkin. Saban hari kini hanya segelintir santri yang mengaji di pondok sederhana itu.

Meski sederhana, Ponpes ini cukup bersejarah. Bahkan Presiden Ke-4, Abdurrahman Wahid tercatat sering mendatangi ponpes ini.

Diceritakan oleh KH Ainul Yaqin, pengasuh Ponpes Aliyah Wali Mutamakkin, Ponpes ini berdiri pada tahun 1982. Didirikan oleh Kyai Imam Muhtadi Tohir yang merupakan ayah dari KH Ainul Yaqin.

Ia bercerita, Kyai Imam Muhtadi seorang yang berasal dari Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kyai masuk ke Banyuwangi sekitar tahun 1960-an.

Semula, Kyai Imam Muhtadi ke Banyuwangi dengan tujuan untuk nyantri di salah satu Kyai yang berada di Kepatihan, Banyuwangi. Ia mengaji di tempat itu selama beberapa tahun.

Kemudian beberapa saat gurunya mendapat permintaan dari warga di Jambesari untuk membuka tempat ngaji di desa itu. Kyai Imam Muhtadi diutus menjadi pengajar.

“Di desa ini bapak mengajar di rumah sederhana. Mengajar masyarakat semua kalangan umur Desa Jambesari. Sama masyarakat bapak terkenalnya dipanggil Lak Guru,” kata KH Ainul Yaqin yang merupakan putra kedua dari Kyai Imam Muhtadi.

IMG 20251023 WA0049
KH Ainul Yaqin saat menunjukkan foto kedekatan Kyai Imam Muhtadi bersama Gus Dur.

Semula, tempat mengaji sederhana. Berdinding bambu. Proses mengaji digelar setiap sore. Meski dikenal galak ketika mengajar agama, Kyai Imam Muhtadi diterima baik oleh masyarakat.

Dalam perjalanannya, Kyai mempersunting perempuan dari desa itu. Ketokohannya semakin mantap. Oleh tokoh desa setempat Kyai diberi tanah untuk mendirikan bangunan. Tanah itu ia gunakan untuk sebuah Madrasah Ibtidaiyah yang masih eksis hingga kini.

“Awalnya malah bukan pondok tapi MI, karena pada saat itu banyak usulan dari masyarakat untuk mendirikan lembaga formal,” terangnya.

Kyai Imam tidak memungut biaya sepeser pun dari santri. Untuk menghidupi santri, Kyai Imam Muhtadi dulu bahkan harus berjualan kalender dan parfum keliling dari desa ke desa dengan berjalan kaki. Semuanya dilakukan dengan keikhlasan demi umat.

“Sampai sekarang kami tidak menarik biaya untuk para santri. Semuanya gratis. Kebetulan dari dulu santrinya tidak pernah banyak. Hanya puluhan. Saya percaya anak-anak itu ada rezekinya sendiri,” ujarnya.

Soal nama Mutamakkin, Yaqin menjawab bila nama itu berasal dari nasab leluhurnya. Pesantren Mutamakkin memiliki tradisi keilmuan berasal dari ulama besar pesisir Jawa, KH Ahmad Mutamakkin atau Mbah Mutamakkin.

Jalur nasab dan sanat keilmuan itu yang membuat Ponpes terjalin dengan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

“Kalau dirunut secara nasab sebetulnya leluhur kami ini tersambung dengan nasab keluarga Gus Dur,” bebernya.

Itulah alasan mengapa Kyai Imam Muhtadi begitu karib dengan Gus Dur. Bisa dibilang di Banyuwangi Kyai Imam Muhtadi menjadi salah satu orang kepercayaan Gus Dur yang dikenal sebagai tokoh pluralis tersebut.

Seingatnya, Gus Dur 6 kali datang ke Ponpes Aliyah Wali Mutamakkin. Beberapa kali sebelum jadi presiden, termasuk setelah dilengserkan oleh MPR.

“Sejak tahun 1994 sampai 2001 itu beberapa kali datang ke sini. Seingat saya enam kali,” ujarnya.

Kedatangan Gus Dur ke Ponpes Aliyah Wali Mutamakkin selalu diisi dengan pembahasan keumatan dan Nahdlatul Ulama. Terkadang juga membahas politik, apalagi saat itu PKB masih dipegang Gus Dur.

“Saya diberi pesan, waktu aktif menjabat di PKB Gus Dur saat itu. Beliau berpesan supaya selalu saya jujur, jejer (kokoh) dan kuat. Pesan yang simpel tapi luar biasa,” kata Yaqin.

Pesan lain yang diingatnya juga ketika Gus Dur pascalenger. Setahun setelah lengser Gus Dur datang ke Ponpes Aliyah Wali Mutamakkin.

“Pesannya bahwa tidaklah pantas meneteskan darah hanya untuk kepentingan jabatan. Itu yang terkenang di benak saya,” kenangnya.

Saat ini Ponpes dikelola dengan 10 orang pengajar. Total santri kini berjumlah 40-an orang. Berasal dari desa setempat, sebagian dari luar kota. Rata-rata santri masih duduk di SD dan SMP. Selain fokus pada pendidikan agama, pesantren ini juga menjadi ruang kegiatan sosial keumatan dan keorganisasian.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Ikhwan
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.