KabarBaik.co – Ribuan santri dan alumni Pondok Pesantren Lirboyo membanjiri jalanan Kota Kediri, Selasa (21/10), dalam aksi damai yang digelar menjelang Hari Santri Nasional 2025. Aksi ini digalang oleh Himpunan Alumni Santri Lirboyo (HIMASAL) bersama PCNU Kota Kediri sebagai bentuk protes terhadap tayangan salah satu program televisi Trans7 yang dinilai melecehkan martabat kiai dan pesantren.
Dipimpin langsung oleh KH. Abu Bakar Abdul Jalil (Gus Ab) selaku Ketua PCNU Kota Kediri, massa aksi berjalan tertib dari Lapangan Brawijaya menuju Kantor Bupati Kediri dengan semangat dan seruan moral yang menggema di sepanjang jalan.
Meski pihak Trans7 telah melakukan klarifikasi dan silaturahim, Gus Ab menegaskan perjuangan moral ini belum selesai.
“Trans7 sudah banyak melakukan hal, tetapi… untuk Pak Chairul Tanjung sampai hari ini juga belum menyampaikan permohonan maaf secara langsung,” tegas Gus Ab di hadapan ribuan santri.
Tuntutan HIMASAL pun jelas: Chairul Tanjung, selaku pemilik dan penanggung jawab Trans7, diminta datang secara pribadi untuk meminta maaf langsung kepada KH. Anwar Mansur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo. Selain itu, mereka mendesak adanya tayangan permohonan maaf resmi di televisi nasional, disertai program khusus pemulihan citra pesantren.

Dalam orasinya, Gus Ab menegaskan bahwa aksi ini bukan sekadar luapan emosi, melainkan gerakan moral dan refleksi Hari Santri untuk menjaga marwah pesantren serta menegaskan nilai adab dan tanggung jawab santri terhadap guru.
“Kita tunjukkan bahwa santri tetap membawa nilai-nilai moral, akhlak, dan uswatun hasanah. Santri tidak hanya paham spiritual, tapi juga intelektual dan emosional,” ujarnya.
“Santri… santri… santri… bela kiai!” seru Gus Ab yang langsung disambut takbir para peserta.
Aksi damai ini turut mendapat perhatian Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito), yang memberikan dukungan moral kepada para santri.
“Pak Prabowo saja sowan, Gubernur juga sowan, Bupati sowan. Saya meyakini dan insyaallah Pak Chairul Tanjung juga akan sowan,” ujar Mas Dhito.
“Kehormatan pesantren adalah marwah yang harus dijaga,” tegasnya.

Di penghujung orasi, Gus Ab menyampaikan permohonan maaf kepada aparat dan pemerintah daerah bila aksi tersebut sedikit mengganggu aktivitas masyarakat. Ia menegaskan, gerakan ini adalah perjuangan dari Ruhul Jihad, semangat juang yang diwariskan para kiai pendiri pesantren.
“Pondok pesantren di Kediri sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Ruh perjuangan santri adalah ruh jihad, panggilan ketika Lirboyo memanggil,” ungkapnya.
Ia juga menutup dengan pesan mendalam bagi para santri agar selalu meneladani ajaran Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
“Ilmu dan adab itu penting, tapi adab jauh lebih penting di atas ilmu,” pesan Gus Ab.
Usai aksi di Kediri, rombogan HIMASAL melanjutkan perjalanan ke Surabaya untuk bertemu dengan para alumni se-Jawa Timur di Masjid Al-Akbar, sebagai bentuk lanjutan solidaritas nasional menjaga kehormatan kiai dan pesantren. (*)