KabarBaik.co- Kembali kalah. Kecewa. Mungkin itu perasaan yang paling menggambarkan. Ketika tim bola voli Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia (GPPI), menelan kalah di GOR Tridharma, Gresik, Jumat (10/1). Petro kalah dari Jakarta Livin Mandiri dalam laga perdana seri Gresik putaran pertama, dengan skor fullset 3-2.
Agak nyesek. Mengingat lawan yang dihadapi Petro adalah tim debutan. Proliga 2025 merupakan tahun kedua keikutsertaan Livin Mandiri di Proliga. Tapi meski begitu, Livin Mandiri sama sekali tak gentar bertanding, dan bahkan mengalahkan Petro, di hadapan ribuan pendukung The Bulls, julukan Petro.
Sebetulnya, pertandingan melawan Livin, memang baru pertandingan kedua di Proliga 2025. Masih awal. Tapi, kekalahan di kandang, nampaknya jadi preseden tersendiri dalam tiga musim terakhir. Kembali terulang. Petro tak pernah bisa benar-benar clearance tiap bermain di kandang. Musim lalu, Petro bahkan selalu kalah dalam dua laga kandang. Yakni melawan Jakarta BIN dan Popsivo Polwan.
Padahal, bermain di kandang sendiri, tentu menjadi keuntungan berlebih bagi Petro. Harusnya bisa dimanfaatkan untuk meraih kemenangan dan poin penuh. Musim lalu, Petro gagal melaju ke final four. Musim sebelumnya, 2023, meski menjadi tuan rumah di final four, tapi kekalahan dari BJB Tandamata turut memupus langkah Petro melaju ke grand final.
Kendati dalam dua musim terakhir menjuarai Livoli, yakni 2023 dan 2024. Tapi di Proliga, Petro nampak terkesan lambat dan kurang terukur dalam mengambil keputusan. Musim lalu, skuad lokal yang persiapkan terkesan dipaksakan. Mungkin karena pertimbangan, para pemain muda binaan Petro sukses di Livoli. Sehingga komposisi itu pun coba di-challenge tampil di Proliga, dipadu dengan pemain asing.
Persoalannya, Proliga memiliki greget yang berbeda dari Livoli. Bukan berarti Livoli tidak greget, tidak bergengsi. Bagaimana pun, Livoli merupakan ajang tertinggi kompetisi pemain lokal. Tempat, sistem, dan cara PBVSI untuk menjaring, membina, dan regenerasi pemain-pemain lokal terbaik. Sehingga diharapkan bisa terus mencetak pemain-pemain lokal yang handal untuk memperkuat Timnas.
Sementara Proliga, benar-benar menjadi ajang profesional. Tim-tim partisipan diperbolehkan diperkuat pemain asing. Kematangan bermain dituntut di Proliga. Sehingga pemain-pemain hasil dari Livoli akan diuji mentalitasnya, intensitas, hingga kompetitifnya Proliga ketika bermain bersama pemain-pemain asing dari negara lain.
Hasilnya, pertaruhan Petro di musim lalu pun nihil. Jauh dari harapan. Petro tak lolos ke final four. Menjadi salah satu tim juru kunci di babak reguler. Keputusan terlalu memberi porsi pemain junior binaan, terbukti kurang kompetitif. Terutama di posisi setter. Jelang kompetisi dimulai, Petro tak kunjung mencari setter berpengalaman. Padahal ditinggal tiga setter senior, yakni Khalisa Zahra, Yolana Pangestika, dan Dewi Intansari.
Pengalaman musim lalu, menjadi pelajaran bagi Petro. Musim ini, beberapa rekrutan pemain krusial dilakukan. Salah satunya di posisi setter. Petro mendatangkan pemain berlabel Timnas, yakni Arneta Putri, untuk membersamai Ajeng Nur Cahya, setter junior binaan Petro yang dipromosikan sejak musim lalu, baik di Livoli maupun Proliga.
Pun di posisi hitter dan quicker. Beberapa nama berpengalaman direkrut. Rika Dwi Latri, middle blocker yang juara bersama Jakarta BIN musim lalu, didatangkan untuk bahu-membahu bersama Dhea Cahya Pitaloka, binaan Petro. Ajeng Viona, hitter yang turut mengantar Jakarta BIN juara, diproyeksi untuk memperkuat posisi outside hitter, bersama berapa pemain binaan Petro, seperti Medi Yoku.
Sorotan dan pertanyaan, justru ada pada rekrutan pemain asing. Dua pemain didatangkan, yakni Kitania Medina dari Kuba dan Tran Thi Thanh Thuy dari Vietnam. Untuk Kitania, dua laga ini telah memberi impresi, bermain sejauh ini sesuai ekspektasi. Spike-nya keras dan menghujam tajam. Akan tetapi, permainan Thanh Thuy justru menuai kritik di laga kemarin. Ia bahkan diganti, karena spike-nya minim mendulang poin.
Keraguan atas Thanh Thuy sudah diajukan banyak penggemar sejak awal. Bukan tanpa alasan. Sang pemain memang setahun terakhir terlihat menurun. Ia bahkan sering dicadangkan di Timnas. Lagipula, di saat tim-tim lain mendatangkan pemain asing dari liga-liga terbaik Eropa dan Amerika. Sementara, Thanh Thuy berasal dari Vietnam yang kualitas voli-nya relatif masih selevel dengan Indonesia.
Terdekat. Sebagai pembanding adalah rekrutan pemain asing Livin Mandiri, yang mengalahkan Petro kemarin. Meski debutan, tapi nampak sekali rekrutan asingnya, yakni Liu Yan Han dan Radostina Marinova, benar-benar menjadi pembeda dan mencuri perhatian di pertandingan kemarin. Petro pun beberapa kali dibuat kelimpungan, amburadul, menghadapi duet serangan asing Livin Mandiri.
Akan tetapi yang perlu dicatat. Proliga baru dimulai. Tim-tim bermain baru dua laga, bahkan ada yang masih satu pertandingan. Masih jauh, masih lama. Masih banyak pertandingan di depan. Semua bisa terjadi. Masih sangat dinamis. Masih sangat prematur untuk menilai dan menyimpulkan.
Kita bisa belajar dari musim kemarin. Dua tim juara, baik sektor putra dan putri, adalah dua tim yang terseok-seok di awal. Tertatih-tatih di permulaan. Yakni Bhayangkara Presisi dan Jakarta BIN. Bhayangkara bahkan tidak pernah menang dari sesama tim besar lain selama di babak regular.
Terbentur, terbentur, dan terbentuk. Itulah kalimat yang paling pas, bagaimana menjelaskan seni dan mentalitas dari sebuah kompetisi. Siapa yang terus improve, melampaui batas, dan tak pernah menyerah, ia lah yang akan memenangkan pertarungan di akhir. Tak peduli bagaimana ia memulai. Beberapa kali ia jatuh.
Bagaimana pun, Thanh Thuy masih layak diberi kesempatan. Under perform itu biasa. Bisa terjadi pada siapapun pemain. Up and down permainan. Toh, pada laga pembuka seri Semarang, Thanh Thuy menjadi top scorer saat Petro mengandaskan Pertamina Enduro, 3-0 telak. Selain itu, Medi Yoku, Ajeng Vio, atau Bella, perlu didorong lagi. Agar lebih berani, lebih lepas. Sehingga spike tak monoton dibebankan pada Kitania. Jadi mudah dibaca lawan. Terhimpit satu variasi serangan.
Tapi yang jelas, rekrutan, komposisi, dan pondasi tim sudah terbangun baik. Memadukan pemain muda binaan Petro, yang juara Livoli di dua musim terakhir, dengan pemain-pemain berpengalaman dan juara Proliga di edisi terakhir. Ini sudah dimiliki Petro. Syarat obyektif untuk melangkah lebih jauh, bahkan menjadi kandidat juara Proliga musim ini.
Sudah 24 tahun, Petro menjadi kontestan Proliga. Sejak 2002. Salah satu tim legendaris. Sayangnya, Petro belum pernah merengkuh gelar juara Proliga. (*)
Tentu, ini saatnya. (Penulis Faiz Abdalla)