KabarBaik.co – Istilah bediding diambil dari bahasa Jawa. Kata itu digunakan untuk mendefinisikan perbedaan suhu mencolok yang umum terjadi di awal hingga puncak musim kemarau. Hal itu ditandai saat cuaca pada malam atau pagi hari saat periode tersebut akan terasa sangat dingin. Sedangkan, terik sinar matahari menyengat di siang hari.
Seperti, di wilayah Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, suhu udara pada pukul 06.15 WIB mencapai 24 derajat celcius dinginnya. Lalu di wilayah Mojoroto, Kota Kediri pukul 11.40 WIB mencapai 32 derajat celcius bahkan terasa seperti 38 derajat celcius.
Stefanus Joko Sukrisno, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri menjelaskan, jika fenomena bediding merupakan hal normal karena memang proses fisisnya berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau seperti dikutip dari laman resmi BMKG.
“Bediding disebut fenomena musiman karena selalu terjadi saat menjelang pergantian musim. Fenomena ini muncul sekitar 3-4 bulan, tepatnya pada Juni hingga Agustus,” ucapnya Selasa (22/6).
Fenomena ini cukup terasa pada bulan Juli, di mana saat ini angin timuran atau monsun Australia yang kering mengalir melewati wilayah-wilayah Indonesia.
Bulan Juli diketahui juga merupakan puncak musim dingin Australia sehingga udara dinginnya mengintrusi masuk wilayah Jawa Bagian Selatan hingga Bali, NTT, dan NTB.
Udara kemudian mencapai suhu terdingin pada bulan Agustus yang juga merupakan puncak musim kemarau. Saat fenomena ini terjadi akan terasa lebih dingin tapi cuaca panas.
Hal sama juga dirasakan di sekitar wilayah Kota Kediri. Kalaksa BPBD Kota Kediri, Indun Munawaroh membenarkan fenomena tersebut. Ia mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa banyak minum air putih, hingga gunakan masker dan jika dirasa perlu, istirahat yang cukup sebab risiko terkena penyakit lebih tinggi. (*)