Meski Terkandala Alat dan Modal, Pengrajin Gula Semut Asal Ngasem Kediri Tembus ke Luar Daerah

oleh -201 Dilihat
f619879c 066b 43fb a9e1 e7757e9f5527
Sri Wahyuni, pengrajin gula semut. (Foto: Oktavian Yogi Pratama)

KabarBaik.co – Meskipun terkendala alat dan modal, Sri Wahyuni, 60 tahun dan suaminya, Gundono, 58 tahun, seorang pengrajin gula semut terus melakukan inovasi akan produksinya.

Lokasinya berada di Dusun Kranggan, Desa Nambaan, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Kisah inspiratif ini dulu berawal ketika ia mengikuti pelatihan mandiri di Yogyakarta, pada 2014.

“Kita proses pembuatan gula merah mulai tahun 2014. Awalnya kita membuat gula dalam cetakan koin, bumbung, terus batok tanggung dan batangan,” kata Sri Wahyuni, Kamis (13/2).

kabarbaik lebaran

Pada tahun 2018, Sri Wahyuni melakukan inovasi dalam memproduksi gula semut sebab mendukung dari segi kepraktisan.

Tak bisa diremehkan, produk gula semutnya mampu merambah pasar lokal dan luar daerah.

“Lokalan sudah, terutama di supermarket-supermarket se-Kabupaten Kediri sudah ada. Kemudian merambah lagi ke Tulungagung, Nganjuk, dan Blitar. Kalau luar kota yang lebih jauh lagi, Bandung, Manado. Bahkan, kita pernah dimintai ke Jepang, walaupun hanya sepuluh peace. Kemudian ke Malaysia 1 ton,” ungkapnya.

Dalam satu minggu ia berhasil memproduksi 7 ton gula semut, namun bila mendapat partai besar ia mengaku belum mampu memenuhi sebab terkendala alat sebab masih kerja manual dan dari segi permodalan.

Menurutnya, proses pembuatan gula semut memerlukan tahapan yang lebih banyak dibandingkan gula bentuk lain. ”

“Prosesnya tidak sulit, cuma banyak tahapan kalau dibanding gula dalam bentuk koin, bumbung, dan batangan. Itu lebih cepat dari gula semut ini. Prosesnya agak lama. Sehingga makan waktu. Dan hasilnya kalau masih manual itu masih sedikit,” imbuhnya.

Untuk harga, gula semut dijual seharga Rp25.000 per kilogram dalam bentuk curah, sedangkan kemasan standing pouch seharga Rp20.000 dengan isi 200 gram. “Dalam seminggu selama ini kita bisa jual 2 – 2,5 kwintal,” tambahnya.

Sri Wahyuni berharap adanya dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan usahanya.

“Kalau misalnya pemerintah mau menengok kita sebagai UKM begini, kita pinginnya ada pinjaman. Syukur-syukur kita dibantu peralatan, karena itu kita butuhkan untuk pembuatan gula semut dalam kapasitas besar,” harapnya.

Untuk memenuhi permintaan besar, Sri Wahyuni merekrut tetangga sebagai tenaga kerja.

“Kalau hanya sedikit kita kerjakan berdua. Tetapi kalau partai besar kita merekrut tetangga. Biasanya kalau gula batangan, satu tim ada 8 orang. Itu satu hari bisa sampai 1-1,5 ton. Sehingga orderan 6 ton itu bisa kita kerjakan dalam 6 hari saja,” tutupnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Oktavian Yogi Pratama
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.