KabarBaik.co – Menjelang Hari Raya Idul Fitri, jutaan masyarakat Indonesia bersiap untuk mudik, sebuah tradisi tahunan yang sarat makna. Namun, di balik kebahagiaan menyambut keluarga, aspek keselamatan sering kali terabaikan. Praktisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekaligus pemerhati sosial-lingkungan, Edi Priyanto, mengingatkan pentingnya mempersiapkan mudik dengan matang demi keselamatan rumah, diri, dan sesama.
“Mudik bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati menuju keluarga. Keselamatan adalah bagian dari ibadah itu sendiri,” ujar Edi. Berikut panduan Edi untuk para pemudik agar perjalanannya aman dan bermakna.
- Amankan Rumah Sebelum Ditinggal
Sebelum meninggalkan rumah, pastikan semua risiko telah diminimalkan. Menurut Edi, banyak insiden seperti kebakaran, banjir, atau pencurian terjadi karena kelalaian kecil yang sebenarnya bisa dicegah. Dia menyarankan langkah-langkah berikut:
- Cabut peralatan listrik yang tidak digunakan dan matikan saklar utama jika memungkinkan.
- Lepas regulator tabung gas untuk mencegah kebocoran.
- Tutup sumber air dan pastikan tidak ada saluran yang tersumbat.
- Buang sampah organik agar tidak memicu bau atau hama.
- Beri tahu tetangga atau petugas keamanan, serta tinggalkan kontak darurat yang mudah dihubungi.
“Langkah sederhana ini bisa mencegah kerugian besar. Jangan anggap sepele,” tegas Edi.
- Jaga Kondisi Tubuh dan Kendaraan
Perjalanan jauh membutuhkan kondisi fisik dan kendaraan yang prima. Edi mengingatkan agar pemudik tidak memaksakan diri demi cepat sampai tujuan. “Siapkan fisik, periksa kendaraan, dan beristirahatlah jika lelah. Jangan jadikan mudik sebagai ujian ketahanan tubuh,” kata Edi.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan:
- Pastikan tubuh sehat, terutama jika tetap berpuasa selama perjalanan.
- Periksa kendaraan, termasuk ban, rem, oli, dan lampu.
- Bawa obat-obatan pribadi, vitamin, masker, dan air minum.
- Siapkan makanan higienis untuk berbuka atau sahur di perjalanan.
Edi juga menyarankan agar pengemudi beristirahat setiap 2-3 jam untuk menghindari risiko kelelahan.
- Bangun Budaya Keselamatan Sosial
Mudik adalah momen kebersamaan. Edi mengajak masyarakat untuk saling menjaga dan bersikap toleran di jalan. “Jika ada yang butuh bantuan, bantulah. Jika ada macet, sabar. Budaya keselamatan harus hidup dalam tindakan sehari-hari, bukan hanya teori,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya memperhatikan lansia, anak kecil, atau mereka yang membutuhkan ruang lebih di perjalanan.
- Keselamatan sebagai Bagian dari Spiritualitas
Edi mengaitkan keselamatan dengan nilai spiritual. Baginya, tanggung jawab atas keselamatan adalah bentuk cinta kepada keluarga, lingkungan, dan diri sendiri. “Keselamatan adalah bagian dari keberkahan. Dengan persiapan matang, niat yang tulus, dan sikap bijak, perjalanan mudik akan membawa manfaat bukan hanya untuk fisik, tetapi juga hati dan pikiran,” jelas Edi.
Edi menutup pesannya dengan pengingat penting, “Mudik yang bermakna adalah ketika kita pulang dalam keadaan selamat, kembali ke aktivitas dengan berkah, dan membawa nilai-nilai kebaikan dari perjalanan.”
Menurutnya, budaya keselamatan harus menjadi kebiasaan kolektif, bukan hanya tanggung jawab pribadi. Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana ini, mudik dapat menjadi perjalanan penuh makna yang tak hanya membawa kita ke kampung halaman, tetapi juga pada keselamatan dan kedamaian batin. (*)