KabarBaik.co- Gelombang pergerakan calon jemaah haji (CJH) dari tanah air menuju ke Tanah Suci bakal berakhir Sabtu (31/5), pukul 24.00 waktu setempat. Setelah itu, sudah tidak ada lagi pemberangkatan (closing date). Semua jemaah telah tiba di Makkah untuk bersiap-siap melaksanakan puncak haji. Termasuk para jemaah gelombang I yang bergerak dari Madinah.
Diketahui, keberangkatan kloter awal pemberangkatan jemaah haji gelombang I pada 2 Mei 2025 lalu. Mereka tiba di Bandara Amir Mohammad bin Abdul AzizMadinah. Setelah para jemaah berada di Madinah selama 9 hari, secara bertahap mereka didorong ke Makkah. Adapun jemaah haji gelombang II mulai diberangkatkan dari tanah air 17 Mei 2025. Mereka tiba di Jeddah dan langsung bergerak ke Makkah.
Baca juga: Panggilan Langit
Pada tahun 2025, Indonesia mendapat kuota 221.000 jemaah haji. Perinciannya, 201.063 jemaah reguler, 1.572 petugas haji daerah, 685 pembimbing pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), serta 17.680 jemaah haji khusus.
Pada Minggu (1/6), seluruh jemaah asal Indonesia sudah berada di Makkah. Sambil menunggu prosesi pelaksanaaan puncak haji, para jemaah dapat mempersiapkan diri. Baik secara fisik atau spiritual. Sebab, selama pelaksanaan puncak haji banyak menguras tenaga. Mulai wukuf di Padang Arafah, mabit di Muzdalifah hingga mabit di Mina untuk melontar jumrah.
Terlebih, cuaca dilaporkan ekstrem. Suhu di Tanah Suci disebut mencapai 45-50 derajat Celcius. Berdasarkan musim haji sebelum-sebelumnya, banyak jemaah yang mengalami gangguan kesehatan selama melakoni puncak haji. Termasuk, data jemaah yang meninggal dunia biasanya langsung melonjak. Maklum, prosesi di Armuzna (Arafah, Muzadalifah dan Mina) para jemaah relatif kurang tidur. Menguras tenaga.
Karena kondisi itu, anggota keluarga para jemaah haji di tempat tinggal masing-masing makin intensif untuk berkirim doa. Selain itu, tentu saja melaksanakan puasa Tarwiyah ataupun Arafah yang merupakan kesunnahan. Harapannya, keluarga mereka yang sedang melaksanakan rukun Islam kelima itu diberikan kesehatan, kelancaran dan kemudahan oleh Allah SWT. Bahkan, di beberapa daerah seperti di Jawa, tidak sedikit yang melaksanakan tradisi memberikan makanan ke para tetangga. Bersedekah.
Baca juga: Sepatu Dahlan Iskan 19: Antara Cinta Dunia dan Panggilan Langit Tanah Suci
Selama di Makkah, penginapan jemaah haji asal Indonesia terbagi dalam 10 sektor. Penginapan itu terletak di kawasan Syisyah, Raudhah, Misfalah, dan Jarwal.
Nah, seluruh jemaah haji dari berbagai negara akan mulai bergerak menuju ke Arafah pada Rabu (4/6). Kemudian, pada Kamis, 5 Juni 2025, jemaah melaksanakan wukuf di Arafah. Mulai pagi hingga petang, mereka akan menetap di tenda-tenda yang berada di hamparan luas Padang Arafah untuk berzikir, berdoa, salat berjamaah dan ibadah lainnya.
Sebagian jemaah haji asal Indonesia, mulai Rabu (4/6) pagi atau 8 Dzulhijjah, ada yang menjalani prosesi Tarwiyah. Mereka bergerak dari Makkah menuju Mina untuk mabit (menetap) sejenak, sebelum bergeser ke Arafah. Kata tarwiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti “menyediakan air” atau “berbekal air”, karena pada masa Nabi Muhammad SAW, para jemaah haji mengambil persiapan dan mengisi perbekalan air di Mina sebelum melanjutkan perjalanan ke Arafah.
Selama Tarwiyah di Mina, jemaah biasanya melaksanakan salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya, dan Subuh. Setelah Subuh, Kamis (5/6) Juni atau tanggal 9 Dzulhijjah, jemaah berangkat ke Arafah untuk wukuf. Namun, jemaah yang melakukan Tarwiyah ini tidak difasilitasi pemerintah. Mereka melaksanakan secara mandiri dengan difasilitasi dan dikoordinasi KBIH masing-masing.
Mengapa pemerintah tidak memfasilitasi Tarwiyah? Ada beberapa pertimbangan. Pertama, bukan rukun atau wajib haji. Kerena itu, meninggalkannya tidak membatalkan ibadah haji. Kedua, keterbatasan logistik dan akses. Memberangkatkan jutaan jemaah ke Mina satu hari sebelum wukuf (tanggal 8 Dzulhijjah) tentu memerlukan logistik, akomodasi, dan transportasi yang sangat besar. Mina juga memiliki kapasitas terbatas, dan pengelolaan keramaian jemaah sangat kompleks. Penambahan waktu tinggal di Mina dapat meningkatkan risiko keselamatan.
Baca juga: Sahabat di Tanah Suci: Seutas Tali Penenun Makna
Ketiga, pemerintah Arab Saudi memiliki regulasi ketat terkait pergerakan jemaah dan kapasitas di lokasi-lokasi haji seperti Mina dan Arafah. Aktivitas tambahan seperti Tarwiyah perlu izin dan koordinasi khusus yang tidak selalu diberikan, terutama bagi jemaah resmi di bawah kuota pemerintah. Keempat, fokus pada manasik yang wajib. Kemenag memprioritaskan fasilitas dan pendampingan pada rukun dan wajib haji, seperti wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan Mina, serta lempar jumrah.
Hal itu dilakukan untuk memastikan seluruh jemaah bisa menunaikan ibadah hajinya dengan sah dan aman. Terlebih mengingat tidak sedikit jemaah yang berusia lanjut dan memperhatikan kondisi kesehatan jemaah. Meski demikian, jemaah yang ingin melaksanakan Tarwiyah bisa melakukannya secara mandiri atau bersama KBIH yang mengatur sendiri logistik dan perizinan.
Setelah wukuf di Arafah pada Kamis (5/6) atau 9 Dzulhijjah, sore hari para jemaah akan bergerak menuju ke Muzdalifah untuk melaksanakan mabit (bermalam) hingga menjelang Subuh. Pada Jumat (6/5) atau 10 Dzulhijah, jemaah haji menuju ke Mina untuk mabit serta melontar jumrah aqabah. Jemaah kemudian melakukan tahalul awal, yaitu mencukur atau memotong sebagian rambut.
Selanjutnya, jemaah haji melaksanakan Tawaf Ifadah di Masjidil Haram. Setelah itu, jemaah melaksanakan Sa’i, yaitu berjalan atau lari kecil bolak-balik sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah. Setelah itu, memasuki tahap tahalul kedua. Setelah rangkaian tersebut, jemaah kembali ke Mina untuk melaksanakan mabit dan melontar jumrah ula, wusta, dan aqabah.
Baca juga: Ziarah Rindu
Sebelum meninggalkan Makkah, seluruh jemaah haji menutup rangkaian ibadah haji dengan Tawaf Wada atau tawaf perpisahan. Rukun haji tersebut, wajib dilaksanakan secara berurutan.
Berikut Rangkaian Kegiatan Puncak Ibadah Haji 2025
- Sabtu, 31 Mei 2025 atau 4 Dzulhijah 1446 H: Akhir pemberangkatan calon jemaah haji gelombang II dari Tanah Air ke Jeddah, langsung menuju Makkah. Closing date KAAIA Jeddah pada pukul 24.00 waktu setempat.
- Rabu, 4 Juni 2025 atau 8 Dzulhijah 1446 H: Pemberangkatan jemaah dari Makkah menuju ke Arafah dengan menggunakan bus-bus yang disiapkan. Sebagian jemaah ada yang melaksanakan proses Tarwiyah atau menetap sejenak di Mina secara mandiri atau difasilitasi KBIH, sebelum bergerak ke Arafah untuk wukuf.
- Kamis, 5 Juni 2025 atau 9 Dzulhijah 1446: WUKUF DI ARAFAH. Selepas itu, para jemaah bergerak dengan mengendarai bus yang telah disiapkan menuju ke Muzdalifah untuk mabit (menetap) semalam serta mengambil kerikil untuk kepentingan melempar jumrah.
- Jumat, 6 Juni 2025 atau 10 Dzulhijjah: Para jemaah bergerak dari Muzdalifah ke Mina untuk melempar jumrah dan rukun haji lainnya. Pada 10 Dzulhijah merupakan Hari Raya Idul Adha.
- Sabtu, 7 Juni 2025 atau 11 Dzulhijah 1446 H: Hari Tasyrik I
- Minggu, 8 Juni 2025 atau 12 Dzulhijah 1446 H: Hari Tasyrik II (Nafar Awal)
- Senin, 9 Juni 2025 atau 13 Dzulhijah 1446 H: Hari Tasyrik III (Nafar Tsani)
- Rabu, 11 Juni 2025 atau 15 Dzulhijah 1446 H: Awal pemulangan jemaah haji gelombang I dari Makkah melalui Bandara Jeddah ke Tanah Air.
- Rabu, 18 Juni 2025 atau 22 Dzulhijah 1446 H: Awal pemberangkatan jemaah haji gelombang II dari Makkah ke Madinah.
- Rabu, 25 Juni 2025 atau 29 Dzulhijah 1446 H: Akhir pemulangan jemaah haji gelombang I dari Makkah melalui Bandara Jeddah ke Tanah Air.
- Kamis, 26 Juni 2025 atau 1 Muharram 1447 H: Tahun Baru Islam 1447 H. Awal pemulangan jemaah haji gelombang II dari Madinah ke Tanah Air.
- Rabu, 2 Juli 2025 atau 7 Muharram 1447 H: Akhir pemberangkatan jemaah haji gelombang II dari Makkah ke Madinah.
- Kamis, 10 Juli 2025 atau 15 Muharram 1447 H: Akhir pemulangan jemaah haji gelombang II dari Madinah ke Tanah Air.
- Jumat, 11 Juli 2025 atau 16 Muharram 1447 H: Akhir kedatangan jemaah haji gelombang II di Tanah Air.