Bagi seorang pelaut ulung, dermaga bukanlah akhir dari perjalanan. Namun, hanya jeda, tempat untuk mengisi kembali energi sebelum kembali berlayar. Begitu pula bagi Irjen Pol (Purn) Dr. Ronny Frangky Sompie. Purnatugas dari Korps Bhayangkara dengan pangkat bintang dua bukanlah akhir dari pengabdiannya. Justru, ia memilih untuk menambatkan kapal hidupnya pada sebuah pelabuhan yang lebih luas: dermaga pengabdian bagi masyarakat dan bangsa.
—
Perjalanan karier Ronny adalah sebuah kanvas yang dipenuhi warna-warni dedikasi. Namun, ada babak-babak yang tak lekang oleh waktu. Kisahnya bergaung hingga kini di telinga masyarakat. Salah satu di antaranya saat berdinas di Kabupaten Gresik. Sebuah kota santri yang dikenal dengan keramahan dan ketaatan agamanya. Di sini, meski nonmuslim, tetapi Ronny yang datang sebagai Kapolres bukan sebagai orang asing, melainkan sebagai sang mercusuar.
Mercusuar tidak pernah membedakan kapal. Cahayanya menembus gelap, memandu setiap perahu, tanpa peduli dari mana asalnya, apa muatannya, atau siapa nakhodanya. Begitulah Ronny saat di Gresik pada 2002-2003 dan di Sidoarjo pada 2003-2005 silam. Dia membaur, membuka hati, dan merangkul. Tidak hanya menegakkan hukum, tetapi juga membangun jembatan persaudaraan. Di tangannya, seragam cokelat kepolisian menjadi simbol perlindungan, bukan pemisah. Ronny mengayomi, menerangi, dan menjadi teladan nyata dari nilai-nilai Pancasila, sebuah ideologi yang digenggam erat di hatinya. Berkopiah dan bersarung khas Gresik, ia kerap masuk ke pesantren dan madrasah bersama masyarakat.
Tak heran, nama Ronny termasuk satu di antara mantan Kapolres yang masih begitu diingat masyarakat Gresik. Karena itu, PWI Gresik pun memberikan penghargaan ‘Giri Pancasuar Award’ sebagai simbol bahwa jejak kebaikannya tak pernah pudar. Nama penghargaan itu sendiri adalah sebuah metafora: Giri (gunung) melambangkan kekuatan dan keteguhan, sementara Pancasuar (mercusuar Pancasila) adalah cerminan dari peran Ronny sebagai tokoh penerang dan pengayom di tengah keberagaman.
Kini, meski tak lagi mengenakan seragam dinas, Ronny tetap berlayar. Kapalnya bernama RFS Law Firm, sebuah kendaraan advokasi yang berfokus pada penegakan hukum secara profesional dan proporsional. Selain itu, dia juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Jiwa pengabdi dalam dirinya tampaknya tak pernah pensiun. Ronny menjadi satu bukti bahwa dedikasi sejati tidak pernah mengenal seragam, pangkat, atau perbedaan keyakinan. Ia seperti mercusuar abadi yang terus menerangi jalan, membimbing setiap jiwa yang haus akan keadilan dan persaudaraan.
Strategi Ungkap Kasus Engeline di Bali
Saat menjabat sebagai Kapolda Bali pada tahun 2015, Ronny F. Sompie dihadapkan pada kasus pembunuhan yang menghebohkan publik, yaitu kasus Engeline, seorang anak perempuan berusia 8 tahun. Awalnya, Engeline dilaporkan hilang oleh keluarga angkatnya. Setelah diselidiki, ternyata ia ditemukan sudah meninggal dunia dan dikuburkan di halaman belakang rumah ibu angkatnya. Ibu angkatnya kemudian ditetapkan sebagai salah satu tersangka.
Di awal kasus, Ronny F. Sompie sebagai Kapolda dikritik habis-habisan oleh masyarakat dan media. Hal ini karena ia tidak langsung menetapkan ibu angkat Engeline sebagai tersangka pembunuhan. Ronny, yang merupakan penyidik senior, ingin memastikan semuanya sesuai prosedur hukum. Ia tidak mau gegabah dan ingin mengumpulkan bukti yang cukup, bukan hanya bukti awal.
Untuk mencegah ibu angkat korban melarikan diri, Ronny memutuskan untuk menjeratnya dengan kasus penelantaran anak terlebih dahulu. Kasus ini memiliki bukti yang sangat kuat dan mudah dibuktikan. Namun, keputusan ini justru membuat publik curiga. Mereka menganggap Ronny melindungi tersangka dan sengaja tidak menetapkannya sebagai pelaku pembunuhan. Media massa pun terus mencecar Ronny dengan berbagai pertanyaan yang menuduh integritasnya. Mereka tidak menyadari bahwa itu adalah strategi Ronny untuk mengungkap kasus dengan benar dan menghindari penetapan tersangka yang salah.
Setelah semua bukti forensik terkumpul—mulai dari sidik jari, jejak kaki, jejak darah, hingga hasil visum—barulah Ronny menetapkan ibu angkat Engeline sebagai tersangka pembunuhan. Pengungkapan kasus ini juga didukung oleh berbagai pihak, termasuk ahli perlindungan anak, Komnas Perlindungan Anak, serta kunjungan tiga menteri (Menteri Sosial, Menteri Perlindungan Perempuan dan Anak, dan Menteri PANRB). Berkat strategi dan kerja keras Ronny, kasus Engeline akhirnya dapat dibawa ke pengadilan setelah disetujui oleh jaksa penuntut umum.
Arah Karier yang Ditentukan Doa Seorang Ibu
Di balik pengabdiannya selama tiga dekade bersama Korps Bhayangkara itu, ada kisah menarik. Bahwa, hidup sering kali adalah peta yang rumit, di mana setiap belokan tak terduga adalah goresan takdir. Demikian juga kisah Ronny F. Sompie. Cerita perjalanannya adalah bukti nyata bahwa kompas kehidupan terkadang menunjuk ke arah yang tidak pernah kita bayangkan, dipandu oleh sebuah kekuatan yang lebih besar: doa tulus seorang ibu.
Sejak kecil, sejatinya Ronny memandang karier sang ayah di Angkatan Laut (AL) bagai mercusuar yang memanggilnya. Ia mengukir cita-cita untuk mengarungi lautan pengabdian sebagai perwira TNI-AL, sebuah jalur yang terbentang jelas di hadapannya. Namun, takdir memiliki sketsa lain. Enam bulan masa basis yang melelahkan adalah lorong penentu, dan di ujungnya, kejutan itu datang. Kompasnya berputar, dan alih-alih berlayar di samudra biru, ia justru mendarat di daratan Bhayangkara.
Awalnya, keputusan itu bagai badai yang menerpa. Ada kebingungan, ada tanya, mengapa jalannya berbeda dari yang direncanakan? Namun, saat dia menghubungi sang ibu di Sulawesi Utara, Ronny menemukan pelabuhan ketenangan. Ibunya, dengan suara penuh syukur dan sukacita, menyambut kabar itu bukan sebagai penyimpangan, melainkan sebagai jawaban atas bisikan doanya. Ternyata, selama ini, sang ibu tak henti memanjatkan harapan agar putranya tak mengikuti jejak sang ayah yang sering kali harus meninggalkan keluarga demi tugas berat. Doa itulah yang menjadi tali penarik takdir, mengarahkan Ronny ke jalan yang berbeda, yang ia tahu kini adalah jalan yang benar.
Jalan yang dilalui Ronny adalah jalan pengorbanan dan pilihan cerdas. Kala itu, dia melihat pendidikan Akabri bukan hanya sebagai pintu menuju pengabdian, tetapi juga sebagai jembatan emas yang membebaskan orang tuanya dari beban finansial. Pilihan itu adalah benih yang ditanam dengan pertimbangan ekonomi, yang kemudian tumbuh menjadi pohon pengabdian yang kokoh. Prestasi akademiknya sejak kecil adalah bekal tak terlihat yang memudahkan langkahnya, sebuah bukti bahwa kesuksesan adalah hasil dari persiapan yang tak pernah usai.
Kisah Ronny F. Sompie adalah sebuah metafora tentang bagaimana takdir dan doa ibu bersinergi. Jalur kariernya di kepolisian membawanya ke beberapa puncak jabatan, dan bahkan setelah purnatugas, Ronny adalah nakhoda yang kembali ke daratan, menggunakan pengalamannya untuk memperjuangkan keadilan bagi masyarakat.
Pada akhirnya, hidup Ronny adalah lukisan yang kaya makna. Setiap goresan yang tak terduga, setiap belokan yang mengejutkan, semuanya adalah bagian dari sebuah rencana besar. Ia membuktikan bahwa takdir adalah skenario terbaik dari Yang Mahakuasa, dan di balik setiap langkahnya, ada bisikan doa seorang ibu yang menjadi kompas paling akurat dalam perjalanan hidupnya.
Pendidikan
Dalam Negeri
- (1984) Akademi Kepolisian
- (1988) Kepolisian STIK – PTIK
- (1993) S1 Hukum – Universitas Bhayangkara, Surabaya
- (2000) Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah Polri, Lembang, Jabar
- (2003) S2 Hukum – Universitas Bhayangkara, Surabaya
- (2007) Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri di Lembang, Jabar
- (2015) S3 Hukum – Universitas Borobudur, Jakarta (Cum Laude)
Luar Negeri
- (1995) Familirisation Police Officer di Brunei Darussalam
- (2001) International Management of Serious Crime Course, Singapura
- (2005) Seminar Internasional di bidang Narkotika, Tokyo
- (2005) Transnational Organized Crime Course dari ICITAP, Jakarta
Organisasi
- Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat Kongres Advokat Indonesia (KAI)
- Wakil Ketua Dewan Penasihat Lembaga Konsultan Bantuan dan Penegakan Hukum (LKBPH) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat
- Ketua Dewan Pembina DPP Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK)
- Ketua Dewan Penasihat Yayasan Pengembangan Kebudayaan Minahasa (YPKM)
- Ketua Dewan Pembina Komite Ekonomi Rakyat Indonesia (KERIS)
- Anggota Kelompok Ahli PP POLRI (Persatuan Purnawirawan POLRI)
- Ketua Dewan Pengawas Perserikatan Ahli Hukum Indonesia (PERKAHI)
- Wakil Ketua Umum Ikatan Sarjana Profesi Perpolisian Indonesia (ISPPI)
- Ketua Umum Perkumpulan Doktor Hukum Borobudur (PDHB)
- Wakil Ketua Dewan Penasihat DPP Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) 14 Februari 1946
- Ketua Alumni Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) Negeri 29 Manado
Riwayat Jabatan
- Perwira Staf di PTIK Jakarta
- Kanit Crime Squad Polwiltabes Surabaya
- Kapolsek Pabean Cantikan Surabaya
- Berkarir di AKPOL
- Kanit Vice Control Ditreskrim Polda Metro Jaya
- Kasat Reserse Polres Metro Jakarta Barat
- Wakapolres Metro Jakarta Pusat
- Kasatreskrim Polwiltabes Bandung
- Kasat Tindak Pidana Tertentu Polda Jatim
- Kasat Tindak Pidana Umum Polda Jatim
- Kapolres Gresik
- Kapolres Sidoarjo
- Dirserse Narkoba Polda Jatim
- Kabag Kerja sama Luar Negeri SDM Polri
- Dir. Reskrim Polda Sumut
- Kepala Perpustakaan PTIK
- Kapolwiltabes Surabaya
- Karo Ops. Polda Metro Jaya
- Karo Kelembagaan dan Tata Laksana Srena Polri
- Kepala Biro Pengawasan Penyidikan Bareskrim Polri
- Kepala Divisi Humas Polri
- Kepala Kepolisian Daerah Bali
- Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM
- Analis Keimigrasian Ahli Utama Kementerian Hukum dan HAM
Penghargaan
- Ronny F. Sompie telah menerima berbagai penghargaan dari pemerintah Indonesia dan lembaga internasional, antara lain:
- Satya Lencana Dwidya Sistha: Atas dedikasinya dalam pendidikan kepolisian.
- Satya Lencana Kesetiaan 8, 16, dan 24 tahun: Atas pengabdian tanpa cacat di kepolisian.
- (2004) Citra Pelayanan Prima dari Presiden Megawati Soekarnoputri: Atas keberhasilan reformasi pelayanan Samsat di Sidoarjo.
- (2008) Bintang Bhayangkara Nararya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono: Atas masa bakti tanpa cacat selama 24 tahun di kepolisian.
- (2014) Bintang Bhayangkara Pratama dari Presiden Joko Widodo: Atas dedikasi dalam memajukan dan mengembangkan Polri.
- (2017) The Hassan Wirayuda Award dari Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi: Atas kerja samanya dalam mencegah WNI bermasalah di luar negeri.
- (2018) Bintang Bhakti Tridharma Nararya dari PP Polri: Sebagai penghormatan atas dedikasi tinggi bagi kemajuan bangsa.
- (2018) Penghargaan dari Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin: Atas inovasi dalam penyelenggaraan haji yang memudahkan jemaah di tanah suci.
- (2018) Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo: Sebagai teladan dalam pengabdian kepada bangsa dan negara.
- (2019) Sertifikat Public Key Directory dari ICAO: Karena berhasil memimpin Indonesia menerima Sertifikat PKD dalam bidang keamanan dokumen perjalanan.
- (2019) Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Joko Widodo: Atas jasanya dalam membangun sistem pelayanan dan pengawasan keimigrasian.
- (2019) Bintang Jasa Utama dari Presiden Joko Widodo: Atas perannya dalam mencegah perdagangan manusia dan melindungi pekerja migran Indonesia.