KabarBaik.co – Bertahun-tahun warga Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang dibuat pusing tujuh keliling dengan gunung sampah yang tak kunjung sirna.
Namun, kini angin segar berhembus. Sebuah inovasi pengelolaan sampah mandiri lahir dan sukses mengubah wajah desa, membersihkan sungai yang dulunya identik dengan tumpukan limbah.
Basuki, Kepala Dusun Kedungrejo, tak bisa menyembunyikan kelegaannya. Ia menceritakan betapa peliknya masalah sampah ini di setiap musyawarah desa.
“Dulu itu, setiap musyawarah, masalah sampah ini tidak pernah selesai. Banyak warga yang akhirnya membuang sampah ke sungai, dan itu jelas tidak benar,” ungkapnya kepada wartawan pada Minggu (11/5).
Sungai yang mengalir di sisi Kali Brantas itu dulunya menjadi saksi bisu gunungan sampah plastik, pampers bekas, hingga sisa-sisa limbah rumah tangga lainnya.
Desakan dari warga akhirnya menjadi cambuk perubahan. Awalnya, permintaan sederhana berupa penyediaan tempat sampah dan petugas pengangkut berbayar menjadi embrio dari sebuah ide yang lebih besar.
Serangkaian rapat di tingkat RT dan RW pada pengujung tahun 2024 membuahkan hasil. Program pengelolaan sampah berbasis partisipasi warga akhirnya disepakati.
“Saya turun langsung ke masing-masing RT saat pertemuan rutin, menyampaikan program ini kepada masyarakat. Alhamdulillah, responsnya positif, meskipun tidak semua warga langsung ikut,” jelas Basuki.
Program ini bersifat sukarela dan diperuntukkan bagi warga yang tak memiliki lahan untuk mengelola sampah sendiri. Satu aturan tegas diberlakukan dilarang keras membuang sampah ke sungai.
Warga yang memiliki pekarangan luas diperbolehkan mengubur atau membakar sampah di lahannya, meski disadari bukan solusi ideal jangka panjang.
Iuran sampah ditetapkan sebesar Rp 20.000 per bulan, menariknya bukan per rumah, melainkan per tong sampah. Satu tong bahkan bisa digunakan oleh 2 hingga 4 keluarga dengan biaya yang tetap sama.
Dana yang terkumpul sepenuhnya digunakan untuk operasional program. Mulai dari retribusi TPA, biaya pengangkutan sampah menggunakan truk, upah tiga petugas pengambil sampah dari rumah ke rumah, hingga pembelian bahan bakar minyak (BBM).
Tak jarang, petugas sampah juga menerima “uang rokok” dari warga sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka.
“Kalau ada yang bilang keberatan dengan retribusi, saya pastikan itu yang tidak ikut program. Buktinya, pembayaran dari peserta lancar semua, bahkan banyak yang membayar sebelum jatuh tempo,” tegasnya. Antusiasme warga yang ikut program ini menjadi bukti nyata keberhasilan inisiatif tersebut.
Program ini bahkan menuai pujian dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang. Basuki dengan tegas membantah anggapan adanya pungutan liar (pungli), mengingat program ini murni lahir dari hasil musyawarah dan keinginan kuat warga untuk hidup bersih.
Awalnya, program ini hanya diikuti sekitar 60 tong sampah dari 11 RT. Namun, perkembangannyaSungguh pesat. Setiap bulan, selalu ada penambahan peserta. Bahkan, warga dari dusun tetangga, Bungkil, ikut bergabung karena merasakan dampak positifnya. Hingga saat ini, tercatat sudah 110 tong sampah yang terdaftar, melibatkan sekitar 120 kepala keluarga.
Dampak positif program iniSungguh terasa. Sungai Kedungrejo kini terbebas dariGunungnya sampah. Habitat sungai pun perlahan kembali normal, ditandai denganRamainya warga yang kembali memancing ikan.
“Dulu mancing dapatnya pampers, plastik, dan sampah. Sekarang sudah tidak lagi,” ujar Basuki dengan nada gembira.
Sampah yang terkumpul kini diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ploso yang lokasinya lebih dekat,Memangkas biaya dan waktu tempuh.
Ke depan, Pemerintah Desa Kedungrejo memiliki harapan besar untuk mengembangkan program ini lebih lanjut. Mereka berencana memanfaatkan potensi anggaran RT/RW dari pemerintah kabupaten untuk pengelolaan sampah yang lebihTerstruktur dan berkelanjutan.
“Kami tidak akan terus menerus mengandalkan swadaya masyarakat, karena pengelolaan sampah ini adalah kebutuhan pokok,” pungkasnya.
Basuki berharap inovasi sederhana namun berdampak besar ini dapat menjadi inspirasi dan contoh bagi desa lain dalam mengatasi permasalahan sampah secara mandiri, demi lingkungan yang lebih bersih dan sehat.(*)