Ultah Berdarah: WNI Asal Sampang Dikeroyok hingga Semaput, Tokoh Madura di Malaysia Tidak Terima

oleh -427 Dilihat
TOKOH MADURA
Pertemuan tokoh Madura dan wakil KBRI di Kajang,, Malaysia, Rabu (16/7) malam. (Foto Antara)

KabarBaik.co- Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) asal, Kabupaten Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur, menjadi korban pengeroyokan brutal di proyek pembangunan Bangsar Hill Park, Kuala Lumpur, tepat di hari ulang tahunnya. Insiden berdarah yang melibatkan pekerja WNI dan Bangladesh ini terjadi pada Senin (14/7), sekitar pukul 11.25 waktu setempat. Kejadian itu mengemuka setelah ramai di media sosial.

Korban, yang diidentifikasi dengan inisial S, ditemukan dalam kondisi tak sadarkan diri usai dikeroyok beberapa pekerja lain yang mengenakan rompi dan helm proyek. Dalam video berdurasi 33 detik itu, S tampak dipukul, ditendang, bahkan dipukul dengan besi, sebelum akhirnya tumbang di tempat kejadian perkara (TKP). Sempat dilarikan ke Hospital Kuala Lumpur, kini korban dilaporkan telah keluar dari rumah sakit dan dalam kondisi stabil.

Menurut Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, insiden ini dipicu oleh kesalahpahaman antara pekerja akibat persoalan kebisingan di lokasi proyek. Salah satu pihak tidak terima ditegur, lalu berujung pada aksi pengeroyokan yang terekam dan viral.

“Pihak KBRI telah berkoordinasi dengan Balai Polis Travers dan otoritas setempat. Sembilan warga negara Bangladesh telah ditangkap,” kata Direktur Pelindungan WNI Kemenu RI Judha Nugraha sepetti dilansir Antara, Kamis (17/7).

Sementara itu, sejumlah tokoh masyarakat Madura di Kuala Lumpur, melakukan pertemuan pasca kejadian pengeroyokan tersebut. Pertemuan berlangsung Rabu (16/7) malam di kawasan Kajang, Selangor. Hadir pula perwakilan KBRI di Kuala Lumpur. ‘Tokoh-tokoh masyarakat Madura di Malaysia mengadakan pertemuan terbatas untuk menyikapi insiden pengeroyokan terhadap seorang WNI asal Madura oleh sekelompok warga Bangladesh,” ujar Kholik, salah satu tokoh Madura, dikutip dari Antara, Kamis (17/7).

Dalam pertemuan tersebut, pihak KBRI di Kuala Lumpur memberikan penjelasan langsung mengenai langkah-langkah resmi yang telah diambil sejak awal kejadian, baik dari sisi hukum maupun dari jalur diplomatik.

Dalam pertemuan itu, para tokoh Madura menyampaikan bahwa insiden tersebut bukan sekadar tindak kekerasan terhadap individu, tetapi telah menyentuh rasa keadilan dan marwah masyarakat Madura secara kolektif, serta menimbulkan keresahan di kalangan perantau.

Mereka menyatakan kemarahan masyarakat Madura adalah bentuk pembelaan terhadap kehormatan. Namun, masyarakat Madura di Kuala Lumpur sepakat bahwa amarah harus diarahkan secara terhormat, bukan dengan tindakan gegabah.

Berikut hasil dan kesepakatan pertemuan tokoh Madura di Malaysia:

  1. Mengawal proses hukum secara serius, agar pelaku benar-benar diproses secara adil dan kasus ini tidak berhenti di tengah jalan.
  2. Mendorong agar KBRI menyampaikan aspirasi kepada Kedutaan Bangladesh di Kuala Lumpur untuk menunjukkan tanggung jawab moral atas insiden ini. Aspirasi ini akan diteruskan kepada Duta Besar RI untuk Malaysia, dan selanjutnya akan ditindaklanjuti sesuai jalur resmi dan etika diplomatik antarnegara.
  3. Merencanakan lawatan bersama ke lokasi kejadian, sebagai bentuk dukungan moral kepada korban dan para pekerja WNI lainnya. Lawatan akan dilaksanakan oleh para tokoh Madura bersama pihak KBRI, dan akan dikoordinasikan secara resmi dengan Polis Diraja Malaysia (PDRM) untuk menjaga ketertiban dan keamanan bersama.
  4. Mengajak seluruh masyarakat Madura untuk menahan diri dan tidak melakukan tindakan sepihak, demi mencegah munculnya konflik baru atau aksi balasan yang bisa memperkeruh situasi. Para tokoh mengimbau agar masyarakat menjaga ketenangan, menghindari penyebaran informasi yang belum jelas sumbernya, dan menyampaikan keluhan atau aspirasi melalui saluran yang tepat. Para tokoh sepakat bahwa menahan diri bukan berarti lemah, melainkan tanda bahwa WNI, dalam hal ini masyarakat Madura, mempunyai marwah, dan tahu cara menjaga keselamatan saudaranya yang lain.
  5. Menyerukan agar masyarakat Madura tetap bersatu dan saling menjaga sesama WNI di perantauan. Dalam hal ini para tokoh menegaskan bahwa perjuangan menuntut keadilan harus ditempuh dengan kekuatan akal dan kebersamaan, bukan dengan kemarahan yang tidak terarah. Para tokoh menyatakan tindakan sendiri-sendiri dan kehilangan arah, hanya akan merugikan seluruh nama baik masyarakat Madura dan WNI di Malaysia.

Kholik mengatakan, pertemuan masyarakat Madura itu menunjukkan bahwa masyarakat Madura tidak akan tinggal diam jika kehormatannya diinjak. Namun dalam waktu yang sama, kata dia, masyarakat Madura memilih untuk melangkah dengan tenang, bersatu, dan bertanggung jawab, demi menjaga keselamatan bersama serta membela marwah melalui jalur yang sah dan bermartabat. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.