KabarBaik.co – Gunung yang melintasi tiga wilayah administratif, yaitu Kabupaten Cirebon, Kuningan, dan Majalengka, Jawa Barat, kini menjadi pusat perhatian. Gunung yang sebelumnya telah menjadi bagian integral dari kehidupan dan kepercayaan lokal kini menjadi sorotan karena cerita-cerita misterius yang mengitarinya.
Cerita-cerita mistis tentang gunung ini telah merajalela dan bahkan mencapai tingkat viralitas di media sosial. Mitos-mitos tersebut menciptakan ketertarikan dan rasa ingin tahu yang besar di kalangan masyarakat, menambah daya tarik dan aura misteri yang melekat pada Gunung ini.
Dalam konteks ini, keberlanjutan mitos dan nilai-nilai budaya di Gunung ini menjadi tantangan yang menarik untuk diamati.
1. Larangan Air Seni Tak Boleh Terkena Tanah
Gunung Ciremai dihiasi oleh mitos menarik yang melibatkan larangan membuang air seni ke tanah. Konon, melanggar larangan ini dapat membawa musibah kepada pelakunya. Sebagai hasilnya, jalur pendakian Gunung Ciremai seringkali dipenuhi dengan dahan dan ranting pohon yang dihiasi dengan plastik atau botol plastik yang berisi air seni.
Fenomena ini menciptakan pemandangan yang unik dan memunculkan pertanyaan tentang kekuatan mitos serta sejauh mana masyarakat setempat mematuhi aturan yang diyakini membawa keberuntungan atau ketidak beruntungan.
Penggunaan plastik atau botol plastik untuk memenuhi larangan membuang air seni ke tanah di Gunung Ciremai menjadi manifestasi konkret dari kepercayaan dan tradisi lokal. Tindakan ini mencerminkan upaya masyarakat untuk menghormati mitos yang diyakini sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari mereka.
2. Harimau Bermata Satu
Gunung Ciremai meresahkan dengan mitos tentang harimau bermata satu yang konon menjadikannya sarang. Dipercayai bahwa harimau ini merupakan tunggangan dan sekutu dari Nini Pelet, entitas misterius dalam kepercayaan setempat.
Menurut cerita, harimau bermata satu ini tinggal di antara rimbun ranting kering yang menyerupai goa di gunung tersebut, menciptakan citra misterius dan menakutkan. Mitos tentang harimau bermata satu di Gunung Ciremai menambahkan dimensi magis pada reputasinya sebagai gunung yang sarat dengan cerita mistis.
Keberadaan harimau ini menjadi bagian dari kisah-kisah yang terus diceritakan dari generasi ke generasi, menciptakan daya tarik dan rasa ingin tahu terhadap dunia mistis yang melingkupi gunung ini.
3. Blok Batu Lingga
Gunung Ciremai menghadirkan sejumlah pos atau blok yang diyakini memiliki aura mistis, dan salah satu yang paling terkenal adalah Blok Batu Lingga. Legenda lokal menyebutkan bahwa batu-batu di tempat ini dianggap sebagai lokasi pertapaan Nini Pelet, entitas mistis yang memiliki kekuatan gaib.
Blok Batu Lingga menjadi pusat perhatian dengan kepercayaan bahwa tempat ini dijaga oleh dua makhluk halus yang disebut Aki dan Nini Serentet Buntet, menambahkan nuansa mistis dan misteri pada lokasi tersebut.
Blok Batu Lingga di Gunung Ciremai dianggap sebagai tempat suci dan sakral. Kepercayaan ini menciptakan daya tarik spiritual bagi mereka yang datang ke tempat ini, mencari berkah atau merenung dalam keteduhan.
4. Kisah Nini Pelet
Gunung Ciremai tidak hanya dikenal sebagai puncak alam yang menakjubkan, tetapi juga diyakini sebagai singgasana kerajaan Nini Pelet, tokoh legendaris dengan kesaktian hebat, terutama dalam bidang percintaan.
Dalam bukunya berjudul ‘Rahasia Pelet’ Masruri menjelaskan bahwa Nini Pelet adalah sosok yang memiliki kekuatan gaib yang luar biasa, khususnya dalam merajut kisah asmara. Menurut legenda, Nini Pelet berhasil merebut kitab ‘Mantra Asmara’ ciptaan tokoh sakti bernama Ki Buyut Mangun Tapa. Cerita tentang Gunung Ciremai sebagai singgasana kerajaan Nini Pelet menambahkan sentuhan magis pada keindahan alam gunung ini. Kepercayaan terhadap kekuatan gaib Nini Pelet menciptakan aura mistis yang mengelilingi gunung tersebut.
Percaya bahwa Gunung Ciremai adalah tempat singgasana Nini Pelet memperkaya warisan budaya yang dijaga oleh masyarakat setempat. Kepercayaan ini menciptakan daya tarik unik bagi para pengunjung yang tertarik tidak hanya pada kecantikan alam.
5. Menghentakkan Kaki ke Tanah Sebanyak Tiga Kali
Menurut Juru Kunci Gunung Ciremai, terdapat suatu ritual yang diyakini dapat melindungi seseorang dari gangguan makhluk halus dan memastikan keselamatan, terutama bagi mereka yang ingin mendaki gunung ini. Ritual ini melibatkan tindakan sederhana yaitu dengan menjalankan langkah-langkah tertentu.
Setiap pengunjung yang datang diminta untuk menjatuhkan kaki ke tanah sebanyak tiga kali, dan kemudian mengucapkan salam. Keyakinan ini menciptakan suatu tindakan simbolis yang dianggap dapat memperoleh perlindungan dari kekuatan gaib yang mungkin ada di sekitar Gunung Ciremai.
Ritual menjatuhkan kaki ke tanah dan mengucapkan salam ini menggambarkan kedalaman kepercayaan dan kearifan lokal terhadap hubungan antara manusia dan alam gaib. Bagi Juru Kunci dan masyarakat setempat, ritual ini menjadi bagian penting dari penghormatan terhadap kekuatan alam dan keberadaan makhluk halus yang melingkupi Gunung Ciremai.
6. Suara Gamelan yang Membuat Bulu Kuduk Berdiri
Salah satu cerita mistis yang sering menjadi topik pembicaraan di kalangan pendaki adalah pengalaman mendengar suara gamelan Jawa di puncak gunung ini. Mitos ini menciptakan aura magis dan misteri yang melingkupi Gunung Ciremai, menambahkan dimensi mistis pada pengalaman pendakian.
Pendaki yang mendengar suara gamelan ini sering merasa terpanggil untuk mencari sumbernya, hanya untuk menemui diri mereka terperangkap dalam keadaan yang sulit dijelaskan secara rasional. Fenomena ini menciptakan kesan bahwa gunung ini bukan hanya sekadar tempat pendakian fisik, tetapi juga ruang spiritual yang sarat dengan kehadiran gaib.
Mitologi suara gamelan Jawa di Gunung Ciremai memberikan wawasan tentang bagaimana kearifan lokal dan kepercayaan mistis meresapi kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. Cerita-cerita seperti ini juga menciptakan ikatan emosional antara pendaki dengan alam dan budaya lokal.
7. Keberadaan Jalak dan Tawon Berwarna Hitam
Gunung Ciremai menjadi saksi dari mitos menarik yang berkisah tentang kehadiran jalak hitam, yang konon selalu muncul seperti hewan penjemput di pos pengalap. Legenda ini mengisahkan bahwa jalak hitam ini setia mengikuti pendaki sepanjang perjalanan mereka, mulai dari pos pengalap hingga mencapai puncak tertinggi Gunung Ciremai, yang dikenal sebagai Seruni.
Jalak hitam tersebut menjadi semacam pendamping spiritual yang hadir untuk memandu dan menemani perjalanan pendaki. Namun, kehadiran jalak hitam ini juga diiringi oleh elemen mistis lainnya, yaitu tawon hitam yang selalu mengganggu para pendaki. Kehadiran tawon hitam ini menambahkan dimensi misteri dan tantangan selama perjalanan mendaki Gunung Ciremai. Mitos ini menciptakan narasi yang memadukan hubungan antara alam dan makhluk-makhluk gaib, memperkaya pengalaman spiritual dan keajaiban alam di kawasan gunung ini.
Gunung Ciremai, dengan segala keindahan dan misterinya, tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya masyarakat sekitar. Mitos dan legenda yang melingkupinya bukan sekadar cerita tanpa makna, tetapi juga cerminan dari kearifan lokal dan hubungan erat antara manusia dengan alam.
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib, larangan-larangan yang diyakini membawa berkah atau musibah, serta kisah-kisah tentang makhluk halus, semuanya membentuk narasi yang kaya dan menarik. Gunung Ciremai bukan hanya sekadar gunung, tetapi juga panggung bagi cerita-cerita yang terus diceritakan dari generasi ke generasi.
Sebagai pengunjung atau pendaki, penting bagi kita untuk menghormati kepercayaan dan tradisi yang ada. Menjaga kelestarian alam Gunung Ciremai juga berarti menjaga warisan budaya yang melekat padanya. Dengan demikian, keindahan alam dan kekayaan budaya Gunung Ciremai dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.