Astaghfirullah! Para Tokoh Ramai-Ramai Keluar Kandang Kecam Pernyataan Jubir Istana

oleh -621 Dilihat
SUSI PUDJIASTUTI
Susi Pudjiastuti, mantan menteri Perikanan dan Kelautan.

KabarBaik.co- Makin banyak tokoh publik ’’keluar kandang’’. Mereka turut prihatin dan bereaksi keras terhadap pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan RI Hasan Nasbi soal teror kepala babi ke kalangan pers. Beberapa tokoh itu mulai kalangan artis, pakar komunikasi, mantan Menteri hingga pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

‘’Ignorance!!! he has to stop represent goverment talking in public. (Kebodohan! Dia harus berhenti mewakili pemerintah berbicara di depan umum, Red). Pak Presiden,’’ tulis Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Perikanan dan Kelautan, melalui akun X yang diunggah Sabtu (22/3).

Cuitan itu juga ditautkan ke akun X resmi Presiden Prabowo Subianto. Dalam pernyataan itu, Bu Susi—panggilan akrabnya—juga menyertakan emoticon menutup wajah dan mata melotot. Ia juga menyertakan link berita Kompas TV berjudul: Istana Tanggapi Teror Kepala Babi ke Jurnalis Tempo Sudah Dimasak Aja.

kabarbaik lebaran

Salah seorang warganet pun mengomentari pernyataan tersebut. ‘’Bu tolong dijapri saja ke Teddy.’’ Yang dimaksud Teddy tidak lain Menteri Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. ‘’Done,’’ jawab Bu Susi.

Tidak hanya Bu Susi. Mantan pimpinan KPK Bambang Widjojanto dalam laman X miliknya juga berkomentar pendek. ‘’Astaghfirullah.’’ Tulisanya dengan menyertakan video pernyataan Hasan Nasbi.

Pengamat komunikasi dan politik Hendri Satrio (Hensat) juga memberikan komentar pendek menanggapi ungkapan Hasan Nasbi. ‘’Ya Ampun!!!’’

Adhie M. Massardi, mantan juru bicara Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid, merespons menyoroti pernyataan Hensat. ‘’Bro Hensat, sebagai wakil Istana, Hasan Nasbi paham setiap kata yang diucap representasikan Presiden/Pemerintah/Negara. Saya percaya (pernyataan) “Kepala Babi dimasak saja!” sudah dipikir masak-masak sebelum disajikan. Disepakati Tim Istana. Because of that, gak akan ada itu teguran apalagi pemecatan,’’ tulis Adhie M. Massardi, Sabtu (22/3).

Sementara itu, Syahrial Nasution, deputi Balitbang Partai Demokrat, menilai, pernyataan Hasan Nasbi. ’’Sebagai politisi dan cukup lama berprofesi jurnalis, sangat menyayangkan statement kepala Komunikasi Presiden Hasan Nasbi terkait kasus pengiriman kepala babi terhadap wartawan Tempo Francisca alias Cica. Membuat pernyataan untuk memasak bangkai kepala babi melalui publik oleh seorang pejabat negara dari Istana mencerminkan sikap yang miskin etika,’’ ungkapnya kepada awak media, Sabtu (22/3).

Sebelumnya, kecaman juga datang dari Koalisi Masyarakat Sipil. Kumpulan beberapa organisasi hak asasi manusia dan demokrasi itu menilai pernyataan Hasan Nasbi tidak pantas diucapkan oleh pejabat negara. ’’Pernyataan tersebut cenderung merendahkan, tidak patut disampaikan oleh seorang Kepala Kantor Komunikasi Presiden. Selain tidak berempati, juga melanggar prinsip kebebasan pers.” Demikian pernyataam mereka.

Sorotan terhadapHasan Nasbi juga disampaikan Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu. ’’Di saat seseorang dan sebagian besar masyarakat terluka atau bahkan mulai ketakutan atas peristiwa pengiriman kepala babi, jubir (juru bicara) malah merespons sebagai peristiwa candaan,’’ kata Ninik dilansir Tempo.

Ninik juga menyinggung posisi Hasan saat mengeluarkan pernyataan itu sebagai juru bicara kepresidenan. Menurut Ninik, pernyataan Hasan itu secara tidak langsung merupakan pengejawantahan sikap presiden sebagai kepala pemerintah dan sebagai kepala negara. ’’Kalau itu ditujukan pada penggiat pers, apa iya jubir pemerintah sudah tidak punya respect pada kerja-kerja pers sebagai pilar demokrasi?’’ tanya Ninik.

Kontroversi bermula saat Hasan Nasbi ditanya sejumlah wartawan tentang teror kepala babi ke kantor media nasional Tempo. Ternyata, reaksi Hasan sangat tidak terduga. Betapa tidak, ia menyarankan agar kepala babi itu dimasak saja. ’’Udah, dimasak aja,’’ ujarnya dalam video yang viral, Jumat (21/3).

Tidak hanya sekali ini Hasan memicu kontroversi publik. Sebelumnya, cuitan Hasan di akun X miliknya, juga menjadi pergunjingan di media sosial. Dalam unggahan tersebut, Hasan menyinggung adanya provokasi dan narasi bohong terkait Revisi Undang-Undang (UU) TNI yang disebarkan oleh sekelompok orang. Hasan bahkan mempertanyakan perlunya permintaan maaf dari pihak-pihak yang dianggap menyebarkan informasi tidak benar.

’’Setelah konpers (konferensi pers, Red) di DPR barusan, apakah berlebihan jika kita meminta orang-orang yang ngaku sebagai intelektual, influencer, serta para aktifis, yang sudah menyebarkan provokasi dan narasi bohong soal RUU TNI agar meminta maaf?” tulis Hasan dalam cuitannya melalui akun @NasbiHasan.

Pernyataan Hasan itu dibuat pada Senin (17/3), pukul 11.34 WIB. ‘’Kalau mereka nggak minta maaf, sebaiknya kita sebut sebagai apa?’’ lanjut Hasan. Namun, tidak lama setelah diunggah, ternyata Hasan menghapus cuitan tersebut. Informasi yang beredar, Hasan menghapus cuitan itu setelah mendapat teguran dari Istana.

Perilaku Hasan Nasbi itupun menambah banyak para pembantu Presiden Prabowo Subianto yang bikin blunder atau kontroversi ke publik. Kondisi demikian, boleh jadi makin menggerus tingkat kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Terlebih, di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja.

Sementara itu, belakangan Hasan Nasbi dalam keterangannya pada Sabtu (22/3) memberikan klarifikasi atas pernyataan kontroversialnya. Dia menyampaikan bahwa pernyataannya itu justru didapat setelah melihat akun media sosial dari Francisca Christy atau Cica, jurnalis Tempo, setelah mendapatkan kiriman paket kepala babi dengan telinga terpotong.

’’Justru respons yang benar itu adalah respons seperti si Fransisca itu dengan mengecilkan si peneror,” ujar Hasan seperti dikutip sejumlah media. Hasan juga menepis tuduhan bahwa pemerintah telah mengekang kebebasan pers. ’’Tuduhan mengekang kebebasan pers itu nggak masuk akal. Buktinya semua orang boleh ngomong kok,” ucapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News



No More Posts Available.

No more pages to load.