KabarBaik.co- Kiai Kanjeng menyajikan suguhan menarik, Senin (24/3) malam. Bertepatan Malem Selawe menjelang akhir Ramadan. Mereka menyuguhkan penampilan bertema Negara Jungkir Balik, Politik Jungkir Balik. Sajian musik religi, sajak-sajak indah, narasi berisi, visualisasi AI, disertai obrolan renyah dan berbobot.
Sebuah potret kegelisahan besar. Dari sudut kampung Kadipuro, Jogjakarta, yang menjadi Rumah Jamaah Maiyah, terhadap situasi dan kondisi negara akhir-akhir ini. Berdasarkan jejak sejarah panjang, jika jemaah Cak Nun—panggilan akrab Emha Ainun Nadji—telah memantulkan narasi demikian maka mesti menjadi alarm. Bersiaplah. Sajian menarik tersebut bisa disaksikan melalui kanal YouTube CakNun.com.
Ya Ampun! IHSG Jeblok Lagi, Ekonom UGM Imbau Masyarakat Tidak Agresif Belanjakan Uang
Diawali irama gamelan dan salawat Kiai Kanjeng, melantun sebuah pembacaan sajak. ‘’Rakyat adalah ibunda cinta yang kosong wajahnya. Di kandungannya terdapat lubuk ilmu alam semesta. Pemimpin yang tidak belajar kepada mereka adalah pendusta dan akan hanya menjadi boneka,’’ ujarnya.
‘’Rakyat adalah puisi tanpa kata-kata. Rakyat adalah perupa yang memerdekakan warna. Pemimpin yang tidak mendengarkan suaranya, duduknya di singgasana angkara murka.’’
Setelah itu, obrolan yang dimoderatori Kang Doni-vokalis Kiai Kanjeng—berjalan mengalir, Menyoroti kondisi kekinian. Termasuk teror kepala babi ke kantor redaksi Tempo. Yang ternyata direspons kontroversial oleh negara melalui juru bicara kepresidenan. Derai tawa menyertai dialog.
Tampilan video AI dari Partai X menyuguhkan gambar dan narasi indah dengan tema Negara jungkir balik, politik jungker balik. ‘’Di negeri ini, siapa yang melindungi kita? Tidak ada. Tapi, justru dari situ, kita menjadi bangsa yang tangguh. Kita tumbuh bukan karena diberi perlindungan, melainkan karena terbiasa berjuang sendiri. Begitulah kata Cak Nun, dan memang itulah kenyataannya.’’
Sejak dulu, kita tidak pernah bergantung. Kita berjuang sendiri, mencari nafkah sendiri, menghadapi ancaman sendiri. Dari penjajahan, krisis ekonomi, hingga ketidakpastian hari ini. Kita selalu berdiri tegak meskipun negara seringkali hanya menjadi penonton. Negeri ini dibangun dari keringat rakyat kecil, dari tangan mereka yang tidak terlihat di layar televisi, dari suara mereka yang seringkali tidak terdengar di ruang-ruang kekuasaan. Tapi justru karena itulah, mereka menjadi kuat.
Alarm Menyala Kuat untuk Indonesia! Buah Gejolak Politik, Turki di Ambang Krisis Ekonomi
Mereka tidak meminta perlindungan. Mereka sudah terbiasa menghadapi hidup dengan caranya sendiri. Maka, siapa sebenarnya yang lebih berkuasa? Pemerintah atau kita? Rakyat yang membayar mereka. Mereka yang duduk di atas sana. Atau kita yang menopang mereka. Atau kita dengan setiap tetes keringat.
Kita tidak perlu takut, karena sejatinya, rakyatlah yang berhak menentukan arah bangsa ini. Kita yang seharusnya memanggil pemimpin, bukan sebaliknya. Kita yang menentukan kemana negeri ini harus berjalan, bukan mereka yang hanya duduk di balik meja.
Bangkitlah, wahai rakyat Indonesia. Jangan biarkan dirimu merasa kecil di negerimu sendiri, sebab sejatinya kekuatan negeri ini bukan ada di tangan penguasa, tetapi di tangan kita semua.
Pernyataan Prayogi R Saputro, direktur sekolah negarawan- X Institute, makin mempertegas kegelisahan tentang Negara Jungkir Balik Politik Jungkir Balik. ‘’Saya kira memang faktanya begitu. Rasanya kita kan memang typo. Janjinya sih republik, komitmen kita. Pendiri bangsa ini adalah republik. Tapi praktiknya. Rasa-rasanya feodal,’’ katanya.
Bagaimana tidak feodal? Menurut dia, seharusnya kalau negara ini republik maka yang memiliki seluruh aset di dalam Republik Indonesia ini adalah rakyat. Sumber daya alamnya, tambangnya, tanahnya, hutannya, airnya, ikannya. Semuanya milik rakyat. ‘’Kemudian pemerintah dibayar. Direkrut oleh rakyat, dibayar untuk mengelola, agar semua sumber daya yang ada di dalam Indonesia itu dimanfaatkan secara optimal, untuk kemakmuran seluruh rakyat. Itu terkandung dalam UUD,’’ paparnya.
Teror Kepala Babi ke Redaksi Tempo, Ini Cerita Kengerian dan Pengalaman Putri Gus Dur
Tapi, apa yang terjadi? Lanjut Prayogi, praktiknya adalah di balik. Jungkir balik. Yang berkuasa adalah pemerintah yang direkrut untuk pegawai atau pelayan ini. Lalu, sekarang dialah yang menguatkan. Kemudian, rakyat hanya dikasih permen-permen saja, permen kecil-kecil. Bansos, kasih subsidi apa. Padahal, rakyat punya negara ini, yang memiliki seluruh sumber daya alam dan aset negara ini, justru dikasih receh-receh sosial sementara. Yang menguasai itu yang seolah-olah memiliki.
‘’Ini kan logika yang terbalik. Maka dari itu, kita ya sulit untuk menjadi negara yang besar, yang kuat. Kenapa? Karena satu perilaku pelayan publik mulai dari tingkat yang atas sampai tingkat bawah, itu logikanya terbalik. Mereka yang harusnya jadi pelayan rakyat justru malah minta dilayani oleh rakyat,’’ tambah Prayogi.
Dia mencontohkan saat mengurus apa, disuruh bayar, dipersulit. Mau bayar pajak saja misalnya sulit seperti kondisi belakangan ini. Belum lagi pungli di sana, pungli di sini. ‘’Tidak heran kalau investor-investor luar tidak mau masuk ke Indonesia. Maka jangan heran kalau misalnya orang Omas atau preman atau tukang parkir, minta THR ke toko-toko, minta THR ke pengusaha, minta THR ke bisnis-bisnis,’’ katanya.
Itu hanya akibat dari kekuasaan yang tidak mendistribusikan kekayaan rakyat sebagai haknya. Namun, justru mengangkangi sendiri. Karena itu, logika itu perlu juga diluruskan. Dengan cara apa? ‘’Dengan cara kita semua harus menyadari bahwa ada perbedaan antara pemerintah dan negara. Pemerintah hanya salah satu unsur saja ada di negara selain rakyat sebagai pemilik, kemudian pengakuan dari negara lain,’’ ucapnya.
‘’Oleh karena itu, saya kira yang harus dikampanyekan ke masyarakat tentang rakyat sebagai pemilik negara ini. Dan pemerintah yang direkrut harus melayani rakyat,’’ pungkasnya.
Kerugian Negara Bisa Sampai Rp 100 Juta Triliun, Ahok Menduga Cuma Terkait Setoran dan Ganti Pemain
Paparan tersebut hanya sebagian dari suguhan menarik dari pentas Negara Jungkir Balik Politik Jungkir Balik. Selengkapnya, bisa Anda kunjungi di laman YouTube CakNun.com. Resapi dan renungkan, kemudian melakukan gerakan. (*)