KabarBaik.co – Di Kecamatan Boureno, Kabupaten Bojonegoro, terdapat sebuah desa yang bernama Blongsong. Di desa ini terdapat makam seseorang penyebar agama Islam terkemuka dan dihormati banyak kalangan. Namanya Banung Sumitro atau yang lebih dikenal dengan Mbah Sunan Blongsong.
Makam Mbah Sunan Blongsong berada di wilayah Jalur Bojonegoro-Surabaya masuk jalur poros desa timur SMP Ahmad Yani Baureno sekitar 150 meter. Cerita beberapa sumber menyebutkan, Sunan Blongsong menginjakkan kaki pertamanya di daerah tersebut sekitar tahun 1600-an.
Mbah Sunan Blongsong berasal dari Kerajaan Mataram yang melarikan diri karena berkonflik dengan para penghuni kerajaan. Saat itu, Kerajaan Mataram kedatangan pasukan Belanda dan menjadikan masyarakatnya terpecah belah. Sebagian pro, dan sebagiannya lagi kontra dengan Belanda. Salah satu dari yang kontra adalah Mbah Blongsong.
“Sehingga dia bertekad melarikan diri dari Mataram dan menetap di daerah yang sekarang bernama Blongsong. Dia menetap serta membangun keluarga dan kerajaan kecil di daerah ini sambil menyebarkan agama Islam hingga akhir hayatnya,” cerita Kades Blongsong, Zainal Arifin, Kamis (13/3).
Mbah Blongsong memang dikenal kerap melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda di masa itu. Tak heran jika kemudian dia menjadi salah seorang yang diincar pasukan Belanda. Bahkan, rumah kecil miliknya serta sebuah masjid yang dia bangun sempat dibakar oleh kolonial Belanda.
“Beberapa tahun silam bukti peninggalan masjid masih ada, namun untuk saat ini sudah tidak ada karena diwakafkan dan digunakan sebagai pemakaman umum,” ungkap Zainal.
Saat dilakukan pembakaran masjid, lanjut Zainal, Sunan Blongsong dicari oleh Belanda untuk dibunuh. Konon katanya Sunan Blongsong bisa menghilang, sehingga masyarakat memberikan nama desa ini Blongsong. Karena keberaniannya masyarakat sekitar menganggapnya sebagai seorang sunan karena telah membimbing mereka ke jalan yang benar.
Keberadaan makam Sunan Blongsong sempat berpindah dari tempat yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi saat ini. “Karena akan dibangun rel kereta api, maka makam Mbah Sunan dipindahkan di pemakaman umum,” imbuhnya.
Usai dipindah, lanjut Zainal, Makam Mbah Sunan Blongsong dibangunkan rumah atau yang biasa disebut cungkup. Di lokasi ini terdapat sembilan keluarga dari Mbah Sunan Blongsong yang di masa penjajahan Belanda mereka ikut serta menyebarkan agama Islam di wilayah timur Kabupaten Bojonegoro.
Di bulan Ramadan seperti sekarang, Makam Mbah Sunan Blongsong ramai dikunjungi pengunjung yang ingin memanjatkan doa dan beri’itikaf di lokasi makam yang rindang. (*)