KabarBaik.co – Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Pay Lien San di Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, menggelar Festival Mooncake atau Kue Bulan yang meriah pada Senin malam (6/10).
Perayaan ini bukan sekadar agenda keagamaan, melainkan momentum pelestarian tradisi Tionghoa dan simbol kebersamaan serta keharmonisan di tengah masyarakat.
Festival kue bulan merupakan warisan budaya yang berakar pada legenda kuno.
Ketua TITD Pay Lien San Jember, Hery Nofem Stadiono atau Jap Swie Liong, menjelaskan bahwa tradisi ini dulunya berkaitan dengan kisah Dewi Bulan yang terbang ke angkasa untuk menambal langit yang bocor.
“Sejarah legendanya begitu dan kepercayaan tersebut diwariskan turun-temurun jauh sebelum pengetahuan modern berkembang,” ujar Jap Swie.
Ia menyampaikan bahwa TITD Pay Lien San sendiri telah merayakan festival ini sejak masih berupa tempat ibadah rumahan. Hingga kini, perayaan rutin tahunan ini menjadi ungkapan rasa syukur kepada semesta dan Dewa Bumi.
“Jadi ini seperti menghaturkan syukur kepada semesta,” katanya.
Dalam tradisi Tionghoa, perayaan ini juga sering dikaitkan dengan harapan untuk mendapatkan jodoh yang baik, terutama melalui sembahyang kepada Dewi Bulan.
“Pada festival ini ada delapan dewa turun, termasuk Dewi Bulan,” imbuhnya.
Suasana di TITD Pay Lien San terasa khidmat dan semarak. Salah satu momen spiritual yang menarik adalah ketika seorang umat mengalami proses yang diyakini sebagai peminjaman raga oleh sosok dewa, fenomena yang dipercaya menjadi media bagi dewa untuk menyampaikan berkat.
Kanjeng Hendry berharap, perayaan ini menjadi momentum untuk memohon kelancaran berbagai rencana di tahun berjalan.
“Harapan saya mudah-mudahan tentram dan damai. Apa yang kita harapkan… bisa terwujud di tahun 2025,” pungkasnya.
Festival kue bulan di Jember ini menegaskan posisinya sebagai jembatan antara warisan leluhur dan kehidupan modern, sekaligus memperkuat semangat kerukunan di tengah keberagaman. (*)