KabarBaik.co – Datangnya musim penghujan tak hanya menjadi berkah bagi para petani. Di Kabupaten Bojonegoro, pergantian dari musim kemarau ke musim penghujan juga disambut antusias oleh warga yang tinggal di pinggir hutan jati.
Hal tersebut dikarenakan pada awal musim penghujan ini hutan jati menjadi tempat ulat pohon jati bermetamorfosis menjadi enthung yang menempel di daun jati. Dengan turunya hujan yang disertai angin membuat daun jati yang mengering terjatuh dan mempermudah warga mengambil entung yang menempel di daun jati.
Sutrisno, salah seorang warga yang bertempat tinggal di sekitaran hutan jati di Kecamatan Dander, Bojonegoro mengatakan, enthung menjadi bahan konsumsi warga sekitaran hutan jati sejak dahulu kala dan masih dikonsumsi hingga saat ini.
“Rasanya gurih dan ini terjadi satu tahun sekali saja. Jadi, kalau masuk rendeng (musim penghujan) seperti ini banyak warga yang mencari enthung jati,” kata Sutrisno, Senin (25/11).
Namun, dia mengingatkan bahwa tak semua orang bisa mengkonsumsi enthung yang memiliki nilai protein cukup tinggi itu. “Jika gak tawar (alergi) dapat menyebabkan gatal-gatal di sekujur tubuh,” jelas Sutrisno.
Selain dikonsumsi untuk keseharian dengan cara digoreng, enthung juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Pada tahun ini, Sutrisno mengaku harga enthung di pasaran meningkat drastis jika dibandingkan dengan tahun lalu.
“Kalau tahun ini harganya Rp 100 ribu perkilogramnya, lumayan lah jika dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya Rp 70 ribu perkilogramnya,” ujar Sutrisno.
Fenomena unik mencari enthung ini dilakukan warga setahun sekali. Terutama pada awal datangnya musim penghujan. Namun jika hujan turun secara terus menerus, maka enthung kembali menghilang karena daun jati kembali menghijau dan enthung banyak yang berubah menjadi kaper (kupu-kupu kecil). (*)