Jelang Idul Adha, Warga Banyuwangi Kompak Gelar Ritual Mepe Kasur

oleh -225 Dilihat
IMG 20250529 WA0045
Warga saat menjemur kasur merah hitam di depan rumahnya.

KabarBaik.co – Menjelang Idul Adha, masyarakat Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi memiliki tradisi unik bernama Mepe Kasur atau menjemur kasur. Kasur yang dijemur oleh masyarakat pun selaras, memiliki warna merah dan hitam.

Ritual tersebut digelar setiap tahun menjelang Idul Adha. Konon ritual tersebut adalah simbol kebersihan, harapan dan identitas budaya.

 

Tokoh adat masyarakat Kemiren, Haidi Bing Slamet, menjelaskan filosofi kasur merah hitam yang dimiliki masyarakat Osing Kemiren.

Warna hitam melambangkan jelanggengan atau harapan agar hubungan mereka langgeng, sementara merah melambangkan semangat dalam membangun rumah tangga

“Saat anak menikah, orang tua akan membawakan kasur merah hitam itu kepada anaknya,” ujar Haidi.

Haidi menyebut saat ini hanya di Desa Kemiren yang mayoritas warganya memiliki kasur tersebut. Saat perayaan warga kompak menjemur kasurnya di depan rumah masing-masing, berjajar di sepanjang jalan desa.

Tahun ini, tercatat ada sekitar 360 kasur yang dijemur, meski jumlah sebenarnya bisa lebih banyak karena banyak rumah warga berada di gang-gang kecil dan tidak langsung menghadap jalan utama.

“Hanya di Kemiren satu kampung bisa punya kasur yang sama. Ini karena basic-nya tradisi bersih desa. Mepe kasur adalah visualisasi dari pembersihan paling dalam ini beda privat, atau pembersihan dari dalam rumah dan hati,” lanjutnya.

Tradisi bersih desa ini dahulu juga menjadi momen bagi masyarakat untuk memberi apresiasi kepada kepala desa.

“Dulu setiap tahun warga patungan untuk memberikan ‘pancen’ kepada kepala desa. Namun kini dialihkan dalam bentuk selamatan bersama yang dilakukan di depan rumah masing-masing,” jelas Haidi.

Tradisi itu kemudian berkembang menjadi Tumpeng Sewu, yaitu perayaan syukuran dengan menyajikan ribuan tumpeng. “Kita kemas dengan tumpeng sewu karena sebenarnya lebih dari itu. Di Kemiren ada sekitar 1.200 KK, kalau tiap rumah minimal buat dua tumpeng, bisa lebih dari dua ribu. Ayam kampung yang digunakan pun mencapai 5.000 ekor,” ungkapnya.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Ikhwan
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.