KabarBaik.co – Setelah dilaporkan ke Bawaslu Kabupaten Mojokerto terkait dugaan pelanggaran netralitas, Kepala Desa (Kades) Randuharjo, Kecamatan Pungging, Edo Yudha Arista akhirnya angkat bicara. Ia merespon terkait video viral yang menunjukkan dirinya membawa setumpuk uang dan diduga mendukung paslon Idola tersebut.
Sosok kades muda dengan sapaan akrab Kades Jepang ini menyebut, niatnya mengunggah video di Tik Tok tersebut hanya mencari hiburan melepas penat setelah bekerja. Keterangannya soal video yang di-posting hanya saat dirinya memakai kaos bergambar paslon Idola, dan kaos tersebut didapat dari salah satu temannya.
“Apabila saya diberi kaos Mubarok ya pasti juga tak pakai, rencana apabila saya dipanggil Bawaslu saya akan memakai kaos Mubarok saat datang kesana biar satu sama,” ucapnya kepada wartawan KabarBaik.co, Kamis (24/10) di Kantor Desa Randuharjo.
Terkait video saat dirinya pegang uang, Kades Jepang ini mengatakan uang senilai Rp 195 juta tersebut adalah uang pribadinya bukan uang dari paslon Idola. Dan video itu juga tidak diunggah apalagi di-upload di Tik Tok. Ia kaget dan tidak tahu-menahu siapa yang menyebarkan video tersebut sehingga sampai viral dan dirinya dilaporkan ke Bawaslu.
“Saya mohon maaf dan saya mengaku salah terkait isi dari video tersebut, tapi dalam kenyataanya saya selaku Kades Randuharjo tidak pernah sama sekali mengarahkan masyarakat untuk memilih salah satu paslon, bisa ditanyakan ke masyarakat saya,” jelas Edo.
Baca Juga: Viral Video Bawa Uang Setumpuk Diduga Money Politic, Kades Randuharjo Mojokerto Dilaporkan Bawaslu
Edo juga menyebut dirinya tidak pernah menjalin komunikasi dengan tim pemenangan paslon Idola. Sehingga dirinya menampik tuduhan terkait uang tersebut akan dibagikan sebagai money politic dari paslon Idola ke masyarakatnya.
“Sekali lagi mohon maaf, dalam video tersebut itu uang pribadi saya, tidak ada hubungannya dengan money politic paslon Idola, sebenarnya niat saya memang untuk membalas statement Pak Nono (Suhartono) itu,” ungkap Edo.
Pengakuan Kades Randuharjo, dirinya tersinggung dengan video-video Suhartono (saat ini sebagai Pelapor di Bawaslu) yang ada di Tik Tok. Menurutnya Suhartono dalam videonya seringkali menyuruh kades-kades untuk merapat ke paslon Mubarok dengan alasan paslon Idola tidak punya uang.
“Ya atas dasar itulah karena awalnya saya tersinggung dengan konten-konten Pak Nono sehingga saya membalasnya dengan video tersebut, bisa dibilang perang kontenlah sama Pak Nono,” jelasnya.
Ia mengaku akan kooperatif apabila dimintai keterangan oleh Bawaslu Kabupaten Mojokerto, bahkan dirinya mengaku siap datang besok ke Bawaslu untuk klarifikasi meski belum menerima undangan pemanggilan.
“Siap datang ke Bawaslu, karena memang saya mengaku salah terkait konten dalam video tersebut, saya tahu seharusnya sebagai kades harus netral,” tegas kades jepang.
Dirinya menyinggung terkait maraknya spanduk di jalan-jalan yang ada foto Suhartono bersama Cabup Gus Barra, ia mempertanyakan Suhartono mengapa ikut dompleng kampanye bersama Gus Barra.
“Pak Nono kan tidak sebagai cabup atau cawabup, kenapa ikut dompleng fotonya, kalau sebagai ketua ormas ya seharusnya tidak se-show of force gitu,” tandasnya.
Sebelumnya, Kades Randuharjo dilaporkan ke Bawaslu Kabupaten Mojokerto oleh Suhartono selaku Ketua Prabu Satu Nasional Mojokerto. Ia dilaporkan buntut video viral diduga mendukung salah satu paslon dalam Pilkada Kabupaten Mojokerto dan membawa setumpuk uang diduga money politic. (*)






