Bambang Haryo Tinjau Pasar Larangan, Soroti Harga Sembako dan Infrastruktur

oleh -109 Dilihat
IMG 20250327 WA0017
BHS bercengkrama dengan pedagang terkait harga barang. (Yudha)

KabarBaik.co – Menjelang Lebaran, Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono (BHS), melakukan peninjauan ke Pasar Larangan, Sidoarjo, pada Kamis (27/3). Kunjungan ini bertujuan untuk memantau harga kebutuhan pokok serta kondisi pasar. Ia mengapresiasi harga sembako yang lebih terjangkau dibandingkan kota besar lain seperti Surabaya.

“Saya sudah cek mulai dari beras, telur, sembilan kebutuhan pokok sembako, alhamdulillah di Pasar Larangan ini termasuk lebih murah daripada yang ada di Surabaya. Ini bukti bahwa Sidoarjo sangat peduli terhadap masyarakatnya,” ujar BHS di lokasi.

Beras premium dijual Rp 14.500/kg, beras medium Rp 12.500/kg, gula pasir Rp 17.500/kg, minyak goreng Bimoli botol Rp 18.000/liter, daging sapi Rp 110 ribu/kg, dan ayam broiler Rp 36 ribu/kg.

kabarbaik lebaran

Selain mengamati harga, BHS juga menyoroti infrastruktur pasar yang dinilai perlu perbaikan. Ia menilai beberapa fasilitas, seperti jalan dan atap pasar, perlu diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan pedagang serta pembeli.

“Infrastrukturnya perlu dibenahi, terutama jalan yang masih bergelombang atau perlu diplester. Atap ada beberapa yang bocor, mohon untuk segera diperbaiki oleh Pak Kadis atau Pak Bupati,” tegasnya.

Keamanan pasar juga menjadi perhatian dalam kunjungan tersebut, terutama terkait risiko kebakaran. BHS memastikan alat pemadam api ringan (APAR) di Pasar Larangan masih dalam kondisi baik dan berlaku hingga Desember 2025. Meski demikian, ia mengingatkan pentingnya pemeliharaan berkala agar sarana keamanan tetap berfungsi optimal.

Dalam kesempatan tersebut, BHS juga memberikan penghargaan kepada pedagang yang memiliki stand terbaik. Juara pertama diraih Bu Yuni yang mendapatkan hadiah Rp 1 juta, disusul Amir dengan hadiah Rp 750 ribu, serta Bu Sumiati yang memperoleh Rp 500 ribu. Ia berharap penghargaan ini dapat menjadi motivasi bagi pedagang lain untuk menjaga kebersihan dan kerapihan tempat usaha mereka.

Tak hanya soal harga dan infrastruktur, BHS juga menyoroti pemasaran produk lokal di Sidoarjo, terutama tempe dan tahu. Menurutnya, meskipun kualitas tempe dan tahu khas Sidoarjo sudah diakui, produk ini masih belum memiliki merek atau label resmi. ”

Kenapa tempe Sidoarjo yang terkenal enak ini tidak diberi merek? Padahal, merek itu sangat penting, baik untuk informasi ke masyarakat maupun terkait masa kedaluwarsanya,” ujarnya.

Ia mendorong Dinas Perdagangan Sidoarjo untuk segera mengambil langkah agar produk olahan lokal memiliki nilai tambah dan daya saing lebih tinggi di pasar. Dengan merek yang jelas, ia meyakini produk Sidoarjo bisa lebih dikenal luas dan memiliki potensi besar untuk bersaing di tingkat nasional.

“Dengan adanya merek resmi, produk lokal seperti tempe dan tahu akan lebih dikenal dan memiliki peluang yang lebih besar di pasar nasional,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Yudha
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.