KabarBaik.co – Permohonan dispensasi kawin (diska) di Kabupaten Bojonegoro masih tergolong tinggi. Hingga akhir Juni 2025, Pengadilan Agama (PA) Bojonegoro mencatat sebanyak 205 perkara permohonan pernikahan anak di bawah umur.
Ironisnya, di antara ratusan permohonan tersebut, terdapat satu pemohon yang masih berusia 12 tahun. Panitera PA Bojonegoro, Solikin Jamik, mengungkapkan bahwa fenomena pernikahan dini masih menjadi persoalan serius di wilayahnya. Ia menyebutkan empat faktor utama yang menyebabkan tingginya angka permohonan diska.
“Faktor pertama adalah putus sekolah dan rendahnya tingkat pendidikan. Banyak anak di daerah pinggiran tidak melanjutkan ke jenjang SMA/SMK karena keterbatasan biaya maupun akses transportasi,” jelas Solikin, Jumat (8/8).
Faktor kedua, lanjut Solikin, adalah tekanan ekonomi keluarga. Beberapa orang tua menganggap pernikahan sebagai jalan keluar dari kesulitan finansial. Ketiga, norma sosial tradisional yang masih menganggap pernikahan muda sebagai solusi atas kehamilan di luar nikah atau demi menjaga nama baik keluarga.
“Keempat, minimnya akses informasi dan edukasi seksual membuat sebagian remaja mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, yang akhirnya mendorong mereka untuk menikah dini,” imbuh Solikin.
Dari ratusan perkara yang masuk, Solikin menyoroti satu kasus yang sangat memprihatinkan, yaitu permohonan dispensasi nikah dari seorang anak berusia 12 tahun. “Usia 12 tahun itu idealnya masih duduk di bangku kelas 6 SD atau baru masuk SMP. Ini sangat memprihatinkan. Untungnya, permohonan tersebut ditolak oleh majelis hakim,” tegas Solikin.
Solikin menyatakan bahwa menekan angka pernikahan anak membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pendidik, tokoh agama, hingga keluarga. “Anak-anak adalah masa depan. Mereka bukan sekadar angka dalam data dispensasi kawin,” pungkasnya. (*)
