Takziyah ke Santri Wafat di Ponpes, Bupati Ipuk Jembatani Komunikasi Antar Instansi

oleh -77 Dilihat
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani saat mengunjungi rumah santri BBM (14), di Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore.

kabarbaik.co – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani takziyah ke rumah duka BBM (14), di Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Selasa (27/2/2024). BBM merupakan santri yang meninggal dunia diduga akibat dianiaya saat menuntut ilmu di salah satu pondok pesantren di Kediri.

Di rumah duka, Ipuk ditemui oleh ibu dan ayah korban, Suyanti dan Rustam. Selain menyampaikan duka cita, Ipuk juga akan menjembatani komunikasi kasus ini antar pemerintah daerah.

“Kami akan membantu komunikasi dengan pemerintah daerah Kediri. Mulai dari dinas sosial, dinas pendidikan, dan kantor kemenag Banyuwangi, sudah saling berhubungan dengan instansi di sana,” kata Ipuk.

Komunikasi itu menurut Ipuk, untuk memastikan korban dan keluarganya mendapat keadilan. Keluarga juga bisa mendapat informasi yang valid soal penyebab kematian korban.

Baca juga:  Jelang Pemilu, Personel Linmas di Banyuwangi Disiagakan

Ipuk berharap, keluarga korban tabah dan bersabar atas musibah yang dialaminya. Ia turut menguatkan keluarga tersebut agar selalu tabah.

“Kami berharap pihak keluarga kuat dan tabah. Pesan mereka agar proses hukum tetap bisa dijalankan. Karena perasaan seorang ibu, ada rasa ketidakadilan atas kasus yang dialami putranya,” tambah Ipuk.

Lebih jauh Ipuk berpesan agar kasus penganiayaan dan bullying yang dialami dapat menjadi pelajaran bersama. Seluruh pihak bisa lebih peduli dengan lingkungan sekitar.

“Kita semua harus lebih aware terhadap bullying yang masih marak di lingkungan pendidikan dan masyarakat. Kami juga berharap orang tua lebih perhatian terhadap pertemanan dan perilaku anak-anaknya,” pinta Ipuk.

Baca juga:  Disbudpar Matangkan Persiapan Banyuwangi Ethno Carnival

Harapan yang sama juga disampaikan kepada lembaga pendidikan, termasuk pondok pesantren. Ia meminta seluruh pondok pesantren, terutama yang berada di Banyuwangi, untuk lebih peduli terhadap para santri.

“Kami juga terus berupaya agar di Banyuwangi semua lembaga pendidikan negeri dan swasta tidak lelah untuk menghapuskan bullying. Jangan sampai kasus seperti ini terjadi di Banyuwangi,” sambungnya.

Sementara, ibu korban, Suyanti, menjelaskan anaknya dipulangkan dari pondok pesantren dalam kondisi meninggal dunia pada Sabtu lalu. Sehari sebelumnya, pihak pondok pesantren mengabarkan bahwa korban meninggal karena jatuh dari kamar mandi.

Namun saat jenazah Bintang tiba di rumah, banyak kejanggalan yang keluarga temukan. Salah satunya, kondisi tubuh korban yang penuh luka dan berdarah.

Keluarga menyayangkan sikap pondok pesantren yang tidak proaktif memberi informasi soal kematian korban.

Baca juga:  Banyuwangi Raih Adipura, DPU CKPP Kontribusi Wujudkan Kota Hijau yang Memukau

“Itu yang saya sayangkan. Saya menunggu inisiatif dari pondok untuk meminta maaf atau berduka cita. Tapi tidak ada,” katanya.

Suyanti mengaku telah mengikhlaskan kepergian sang buah hati. Namun, keluarga ingin mendapat informasi utuh soal kronologi dan penyebab kematiannya.

“Kenapa kok bisa kejadian begitu. Anak saya salah apa? Saya minta doanya agar kebenaran bisa terungkap,” tambah dia.

Sekadar informasi, kasus penganiayaan tersebut telah ditangani oleh Polres Kediri Kota. Polisi telah menetapkan empat tersangka atas kematian korban. Para tersangka merupakan rekan sesama santri di tempat korban menuntut ilmu.(ikhwan)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.